Dua Bom Meledak di Jakarta Pada 1 Agustus Dua Tahun Berturut-turut
TEMPO.CO, Jakarta – Aksi terorisme beberapa kali terjadi di Indonesia, baik melibatkan pihak nasional maupun internasional. Terorisme di Indonesia pernah terjadi selama 2 tahun berturut-turut pada waktu yang sama, yaitu 1 Agustus. Bom meledak1 Agustus ini terjadi di dua lokasi berbeda daerah Jakarta.
Bom 1 Agustus 2000
Berdasarkan ejurnal.iainpare.ac.identity, pada 1 Agustus 2000, bom meledak dari mobil yang diparkir di depan rumah Duta Besar atau Dubes Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. Bom ini membuat dua orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka. Salah satu korban luka-luka dari bom ini adalah Duta Besar Filipina, Leonides T. Caday.
Pada aksi bom meledak di depan rumah Duta Besar Filipina ini, Abdul Jabar bin Ahmad Candai dinyatakan sebagai terdakwa dengan tuntutan hukuman penjara seumur hidup. Abdul Jabar melanggar pasal 1 ayat (1) Undang-Undang nomor 12/Darurat/1951 juncto pasal 55 ayat (1) ke 1e Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juncto pasal 64 ayat 1 KUHP. Sidang pembacaan tuntutan Abdul Jabar dipimpin oleh Majelis Hakim yang diketuai Pramodana Kusuma. Abdul Jabar dituntut karena terbukti memiliki dan menggunakan bahan peledak.
Selain terlibat dalam aksi peledakan bom di rumah dinas Dubes Filipina, Abdul Jabar juga dinyatakan terlibat dalam aksi peledakan bom beberapa gereja pada malam natal 24 Desember 2000.
Bom 1 Agustus 2001
Satu tahun setelah ledakan di depan Dubes Filipina, pada tanggal yang sama bom meledak di Plaza Atrium Senen, Jakarta. Tersangka dalam kasus ini yang sekaligus menjadi korban memiliki nama samaran Dani atau Dodi. Berdasarkan keterangan saksi, bom Atrium Senen meledak dari tas yang dibawa Dani.
Berdasarkan Majalah Pace, saat diperiksa pihak berwenang, dari dompet Dani ditemukan beberapa pecahan uang ringgit Malaysia, bathtub Thailand, dan dolar Singapura. Selain itu, ada KTP yang beralamat di Jalan Kebagusan Kecil, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelah diperiksa, tidak ada nama Dani di alamat tersebut. Minimnya informasi tentang Dani, polisi sempat mencurigainya sebagai aktivis Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Saat menelusurinya lebih dalam yang membuat Kaditserse Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Adang Rochjana saat itu sempat menyamar menjadi dokter, Dani mengaku memiliki teman di Bekasi Selatan dan menunjukkan nomor teleponnya. Polisi pun mengejar teman Dani di Bekasi Selatan. Sampai akhirnya, Dani mengaku berasal dari Malaysia. Bahkan, Kedutaan Besar Malaysia juga memastikan Dani merupakan warga negara Malaysia yang memiliki nama asli Taufik Abdul Halim.
Terdapat dugaan Taufik merupakan anggota Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM) yang masuk ke Indonesia dan bergabung dengan Laskar Jihad Mujahidin (LJM) di Maluku. Namun, LJM tidak memiliki hubungan dengan Laskar Jihad Ahlusunnah Waljamaah pimpinan Ja’some distance Umar Thalib di Ambon. Dengan demikian, bom 1 Agustus 2001 di Plaza Atrium Senen terjadi karena aksi dari Taufik sendiri yang mengaku memiliki rasa benci kepada kaum Nasrani.
RACHEL FARAHDIBA R | NUNUY NURHAYATI | EDY BUDIYARSO | DARMAWAN SEPRIYOSSA | MUCHID BINTANI
Pilihan Editor: 7 Tahun Tragedi Bom Sarinah, Teror di Siang Bolong Tak Jauh dari Istana Negara