Soal Permintaan Maaf Jokowi Menjelang Lengser, Sekjen Gerindra: Presiden juga Manusia
TEMPO.CO, Jakarta – Sekretaris Jenderal atau Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani memuji permintaan maaf Presiden Joko Widodo alias Jokowi menjelang lengsernya sang kepala negara. Permintaan maaf itu disampaikan Jokowi dalam momen zikir kebangsaan di Istana Merdeka, Jakarta pada Kamis malam, 1 Agustus 2024.
Menurut Muzani, permintaan maaf adalah pesan dari Jokowi yang tidak luput dari kesalahan. “Saudara-saudara, kita ini manusia biasa, presiden juga manusia biasa, tempat salah, tempat lupa, tempat khilaf, dan tentu saja tempat alpa,” kata dia di kompleks parlemen Senayan, Jakarta pada Senin, 5 Agustus 2024.
Muzani menyanjung permohonan maaf dari presiden yang akan lengser pada 20 Oktober 2024 mendatang itu. Dia berujar manusia adalah makhluk yang tidak akan berkuasa atau hidup selamanya. “Karena itu meminta maaf adalah tindakan yang luhur dan mulia,” ujarnya.
Muzani lalu mengajak orang-orang menerima permintaan maaf Jokowi. Menurut dia, memberi maaf adalah tindakan yang juga luhur dan mulia.
Sikap saling meminta maaf dan memaafkan, kata Muzani, bisa dilakukan kapan saja. “Memaafkan, meminta maaf itu adalah upaya untuk terus merajut kebersamaan, persatuan, dan kerukunan,” ujarnya.
Agar dapat meminta maaf dan memaafkan, Muzani menyampaikan bahwa segala kedongkolan, rasa tersinggung, hingga kejengkelan harus dilupakan. “Ini adalah ujian kebersamaan, persatuan, kerukunan, yang harus terus kita pelihara dan kita junjung tinggi,” kata dia.
Permintaan maaf Jokowi disampaikan dalam acara zikir kebangsaan. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara “Bulan Kemerdekaan” HUT RI ke-79.
Pesan tersebut disampaikan Jokowi atas kesalahannya selama menjabat sebagai presiden. Kepala negara mengingatkan bahwa dia hanya manusia biasa.
Iklan
“Saya dan Profesor Kiai Haji Ma’ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai presiden dan sebagai wakil presiden,” kata Jokowi.
Majalah Pace mewartakan nawadosa ganda Presiden Jokowi selama 10 tahun menjabat. Laporan yang terbit pada Senin, 29 Juli 2024, menyoroti kemunduran demokrasi dan kebalikan nawacita janji kampanye Jokowi satu dekade lalu.
Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah juga menganalisa sikap Jokowi yang meminta itu hanya sekadar formalitas semata. Dedi menyinggung Jokowi baru meminta maaf setelah 10 tahun memimpin Indonesia. Padahal banyak persoalan yang membuat Jokowi jadi sorotan.
“Jokowi memerlukan 10 tahun untuk meminta maaf? Dan itu dalam situasi terdesak karena mungkin gagal wacanakan penambahan periode atau perpanjangan masa jabatan,” kata Dedi kepada awak media, Jumat, 2 Agustus 2024.
Sebab itu, ia berpandangan permintaan maaf Jokowi jelang akhir masa jabatannya itu hanya sekadar formalitas belaka. Mengingat, banyak hal yang telah dilakukan Jokowi dan sebagian besar, menurut Dedi, justru membebani masyarakat.
Pilihan Editor: Megawati Sebut Hubungannya dengan Jokowi Baik, Namun Tolak Wacana Presiden Tiga Periode