Upacara 17 Agustus: Hari Ini 79 Tahun Lalu Para Pemuda Menculik Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok
TEMPO.CO, Jakarta – Pada 16 Agustus 1945, tepat 79 tahun yang lalu, terjadi peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Saat itu sekelompok pemuda antara lain Chaerul Saleh, Wikana, dan Soekarni menculik Sukarno dan Mohamad Hatta untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Keduanya diculik dari Jalan Menteng 31, Jakarta menuju Rengasdengklok, Karawang. Penculikan tersebut berlangsung sekitar pukul 03.00 dini hari, sehari menjelang kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini menjadi salah satu titik penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Latar belakang peristiwa Rengasdengklok
Sebelumnya Sukarno dan Mohamad Hatta, serta tokoh-tokoh lainnya menginginkan supaya proklamasi ditetapkan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan supaya proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melewati PPKI yang diasumsikan sebagai badan hasil bentukan pemerintah Jepang.
Pada 14 Agustus 1945, Soetan Sjahrir mendengar kabar dari radio bahwa Jepang menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sjahrir segera menemui Sukarno dan Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut.
Ketika itu, Sukarno dan Hatta baru saja pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan pemimpin militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Kepada Sukarno-Hatta, Terauchi menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.
Silang pendapat pun terjadi di antara ketiga tokoh bangsa itu. Sjahrir meminta agar kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Sukarno dan Hatta yang belum yakin dengan berita kekalahan Jepang, keduanya justru memilih menunggu kepastian sembari menanti janji kemerdekaan dari Dai Nippon.
Proses penculikan
Dalam kondisi tegang tersebut, pada 15 Agustus 1945, para pemuda mengadakan pertemuan di Asrama Baperpi di Jalan Cikini 71, Jakarta, dan menyusun rencana untuk mendesak Sukarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Ketika pendekatan diplomatis tidak membuahkan hasil, para pemuda memutuskan untuk melakukan tindakan yang lebih drastis.
Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno dan Hatta dan membawa mereka ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sekitar 70 km di sebelah timur Jakarta. Tujuan penculikan ini adalah untuk menjauhkan Sukarno dan Hatta dari pengaruh Jepang serta mendesak mereka agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu janji atau restu dari Jepang.
Iklan
Sejumlah pengunjung berswa foto dengan latar depan diorama perumusan naskah Proklamasi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng, Jakarta, Jumat 16 Agustus 2019. Museum tersebut merupakan bekas kediaman perwira Jepang Laksamana Muda Tadashi Maeda dan menjadi tempat perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Menghadapi desakan tersebut, Sukarno dan Hatta tetap tidak berganti pendirian. Sukarno merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan sudah menyusun rencana merebut kekuasaan dan memproklamirkan kemerdekaan. Tetapi apa yang sudah direncanakan tidak sukses dijalankan karena tidak semua anggota PETA (Pembela tanah Air) mendukung rencana tersebut.
Proklamasi Kemerdekaan RI
Untuk lokasi, rencana awal proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan Ikada, sekarang Lapangan Banteng, yang sekarang sudah menjadi lapangan Monas atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56.
Akhirnya dipilih rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Sebab kabar pergelaran acara di lapangan Ikada sudah tersebar, bahkan beberapa tentara-tentara Jepang sudah bersiap-siap, sebagai menghindari kericuhan.
Sementara itu, segala persiapan kemerdekaan sudah beres. Termasuk teks Proklamasi yang sudah disusun di Rengasdengklok, di rumah seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Sementara itu, bendera merah putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis, 16 Agustus 1945.
Diwaktu yang sama, Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo. Hasilnya Kunto dan Achmad Soebardjo ditugaskan ke Rangasdengklok untuk menjemput Sukarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur untuk membacakan proklamasi kemerdekaan.
Keesokan harinya, tepatnya pada 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan oleh kedua proklamator, Sukarno – Hatta. Teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia sendiri diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari kantor Kepala Agen Tingkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr Hermann Kandeler.
KAKAK INDRA PURNAMA | RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION | ANTARA
Pilihan editor: Cak Imin Dianggap Sukses Comeback di Debat, Rencana Diculik ke Rengasdengklok Batal