Profil Wakil Ketua MPR RI Rusdi Kirana dan Sederet Kontroversinya


TEMPO.CO, Jakarta – Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rusdi Kirana resmi dilantik sebagai Wakil Ketua MPR RI periode 2024-2029. Bos maskapai penerbangan Lion Air Staff itu mengucap sumpah dan janji jabatannya dalam Sidang Paripurna Pelantikan Pimpinan MPR RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2024.

Usai dilantik, Rusdi mengungkapkan komitmennya untuk bekerja dan menyosialisasikan pluralisme sebagai nilai dari Pancasila untuk menjaga kebersamaan sebagai bangsa Indonesia. Menurut dia, ini adalah tugas dari partainya yang ingin mendorong agar persatuan dan perbedaan tetap terjaga.

“Sebagai kita yang hidup di Indonesia dari lahir, kita mengerti apa yang harus kita lakukan,” kata Rusdi di Gedung Nusantara, Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis.

Selain itu, dia juga akan memperjuangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ketika bekerja sebagai pejabat negara. Dengan memiliki latar belakang sebagai pengusaha, dia mengaku sangat mengerti tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM. 

“Jadi kita mengerti bahwa negara ini memerlukan UMKM, apalagi dengan kondisi persaingan dunia yang luar biasa,” ucap dia.

Lantas, seperti apa sebenarnya sosok Wakil Ketua MPR Rusdi Kirana? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.

Profil Rusdi Kirana

Rusdi adalah pengusaha maskapai penerbangan swasta Lion Air Staff yang lahir di Cirebon, 17 Agustus 1963. Dia memulai bisnis penerbangannya pada Oktober 1999, dengan modal US$ 10 juta. 

Kepiawaian Rusdi dalam menjalankan bisnis membuatnya mampu memiliki 24 pesawat dalam waktu enam tahun. Pesawat tersebut terdiri dari 19 MD80 dan 5 pesawat DHC-8-301. Kini, Lion Air telah memiliki 118 unit pesawat, termasuk armada jenis Boeing 737-900ER, Boeing 737-800, Boeing 737 MAX 8, dan Airbus A330-300.

Menurut knowledge Legit Airline Information (OAG), Lion Air menjadi maskapai penerbangan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Maskapai ini menguasai 9 persen kapasitas kawasan ini dengan 3,16 juta kursi pada 24 September 2024.

Lion Air juga dinobatkan sebagai maskapai tersibuk di Asia Tenggara pada 2024. Selain itu, maskapai lain di bawah Lion Staff, seperti Batik Air dan Tremendous Air Jet, juga masuk dalam daftar 10 maskapai tersibuk di kawasan ini.

Selain dalam dunia penerbangan, Rusdi juga melebarkan kariernya ke ranah politik pada 2013 lalu. Ia bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan langsung didapuk sebagai Wakil Ketua Umum pada 12 Januari 2014. 

Kemudian, pada 2015-2017, Rusdi dipercaya untuk menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden di periode awal pemerintahan Presiden Jokowi periode 2014-2019. Sebelumnya, dia menjadi kandidat kuat untuk menjabat sebagai Menteri Transportasi, menggantikan Muhaimin Iskandar yang menolak jadi menteri. 

Setelah itu, pada 18 Mei 2017, Rusdi Kirana didaulat sebagai Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk negara Malaysia. Dia menyebutkan prioritasnya saat itu adalah penanganan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), baik yang criminal maupun ilegal, terutama Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang jumlahnya sangat banyak di negara tersebut.

Iklan

Rusdi mengakhiri tugasnya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia pada 9 Juli 2020. Adapun saat ini Rusdi menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PKB periode 2024-2029.

Di bidang bisnis, Rusdi terus mengembangkan perusahaannya. Dia pun berniat menjadi marketplace chief dalam penerbangan domestik. Maka dari itu, ia mempersiapkan banyak hal, mulai dari infrastruktur, rute penerbangan, hingga penambahan jumlah pesawat.

Lion Air Staff yang dipimpinnya kini menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan. Mulai dari Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo Air, Thai Lion Air, hingga Tremendous Air Jet.

Kontroversi Rusdi Kirana

Dibalik karier yang gemilang, Rusdi Kirana juga tak luput dari berbagai kontroversi. Terutama ketika dia memulai bisnisnya sebagai pengusaha maskapai penerbangan. Perusahaan Rusdi, Lion Air Staff terkenal memiliki harga tiket yang terjangkau. 

Kebijakan itu sejalan dengan slogan mereka, “We Make Other people Fly“. Dia juga menggagas “revolusi” dalam dunia penerbangan dengan konsep biaya murah (low price service).

Kebijakan yang diterapkan Rusdi itu pada awalnya menuai banyak tentangan dari berbagai pihak, khususnya sesama perusahaan penerbangan. Bahkan Rusdi mengaku pernah dihujat dan dihujani pertanyaan soal modal asing hingga rasa nasionalisme selama tujuh jam di Komisi IV DPR RI.

Saat itu, Lion Air dituding memiliki hubungan dengan perusahaan penerbangan Singapura. Padahal kenyataannya, nama Lion diambil dari zodiak Rusdi sendiri yang seorang Leo. Selain itu, ia juga sempat dituduh tidak nasionalis karena kebijakan yang membuat tiket murah. Namun, Rusdi membantahnya.

Pada Maret 2024 lalu, Rusdi kembali terkena kontroversi ketika perusahaannya, Lion Air dan Batik Air disebut menaikan harga tiket pesawat di luar ketentuan menjelang libur arus mudik dan balik Lebaran atau Idul Fitri 1445 Hijriah. Menanggapi hal itu, Rusdi pun mengaku selalu menuruti aturan yang ada.

“Kan kalau dari Kemenhub ada batas bawah dan atas selama ini kami gak melewati itu, harusnya kami gak langgar aturan dan saya rasa gak ada yang kami lewati,” ujar Rusdi Kirana saat ditemui di Coaching Middle Lion Staff Balaraja, Kabupaten Tangerang, Rabu 20 Maret 2024. 

ANTARA | BUDI RIZA | JONIANSYAH berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Rusdi Kirana Berjanji Perjuangkan UMKM di Senayan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *