Logo Tempo

Menyorot Strategi Pramono Anung Mengatasi Banjir Jakarta


TEMPO.CO, Jakarta – Pada masa awal jabatannya sebagai Gubernur Jakarta, Pramono Anung langsung mengurus bencana banjir. Laporan Pace pada Selasa, 4 Februari 2025, hingga pukul 16.00, BPBD mencatat masih ada genangan di 122 RT dan dua ruas jalan. Wilayah yang terendam itu berada di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur.

Adapun dua jalan yang masih tergenang banjir yakni Jalan Puri Kembangan, Kecamatan Kedoya Selatan, Jakarta Barat, dengan ketinggian 40 sentimeter dan Jalan Puri Mutiara, Kelurahan Cilandak, Jakarta Selatan dengan ketinggian 70 sentimeter.

BPBD mencatat sebanyak 2.853 orang mengungsi akibat bencana tersebut. Para pengungsi itu berasal dari Kelurahan Kampung Melayu, Kelurahan Bidara Cina, Kelurahan Cawang, Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan Cawang, Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Lenteng Agung, Kelurahan Kedoya Selatan, Kelurahan Kedaung Kali Angke, dan Kelurahan Kembangan Selatan. Pengungsi terbanyak berasal dari Kelurahan Pejaten Timur yang mencapai 919 jiwa.

Strategi Pramono Anung

1. Pintu Air

Pramono Anung meminta Dinas Sumber Daya Alam (SDA) untuk membuka sejumlah pintu air untuk mengurangi beban di Sungai Ciliwung. Menurut dia pembukaan ini penting dilakukan karena pintu air Manggarai telah berstatus siaga dua dengan ketinggian air 850 sentimeter. “Supaya bebannya tidak lebih banyak ke timur, terutama Ciliwung,” ujar Pramono saat meninjau Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, pada Selasa, 4 Maret 2025.

Pramono menjelaskan bahwa sejumlah pintu air yang dibuka, yaitu tiga pintu air yang mengalir ke arah Banjir Kanal Barat setinggi 800 sentimeter, dua pintu air ke arah Masjid Istiqlal setinggi 400 sentimeter, pintu air ke arah Jembatan Merah setinggi 300 sentimeter. Adapun dua pintu air di tangki yang akan dioperasikan penuh dengan kapasitas 400 sentimeter.

Pramono mengatakan seluruh pompa air yang berada di 200 titik Jakarta kini berfungsi sebanyak 500 unit akan dioperasikan. Dia juga meminta agar dua pintu sodetan Ciliwung ke banjir kanal timur dioperasikan sepenuhnya.

2. Bertemu Kepala Daerah Sekitar Jakarta

Pramono Anung akan segera mengadakan pertemuan dengan kepala daerah di sekitar Jakarta. “Karena penyelesaian (banjir) ini kan tidak bisa parsial hanya di Jakarta,” kata Pramono saat meninjau pintu air Manggarai, pada Selasa, 4 Maret 2025.

Menurut Pramono, kebanyakan banjir yang melanda Jakarta saat ini merupakan kiriman dari daerah lain. Ia mengatakan curah hujan di Jakarta masih cenderung rendah. Berdasarkan catatan BPBD Jakarta, sejumlah titik banjir yang terjadi di Jakarta disebabkan oleh luapan Ciliwung yang membentang dari Cianjur hingga Jakarta serta Kali Pesanggrahan yang dari Bogor, Depok, Tangerang, hingga Jakarta. Tingginya intensitas hujan di daerah penyangga membuat kedua sungai itu meluap.

Pramono sudah berkomunikasi dengan beberapa kepala daerah di sekitar Jakarta. Namun, waktu pertemuan belum disepakati. “Belum. Nanti kalau langsung saya jawab namanya ngapusi,” katanya.

Pramono meminta ada modifikasi cuaca untuk membantu penanganan banjir. Modifikasi cuaca ini untuk membantu mengontrol curah hujan tinggi yang mengakibatkan sejumlah sungai meluap. Menurut Pramono, banjir yang terjadi di wilayah Jakarta dan Jawa Barat sudah memerlukan penanganan secara nasional.  “Maka yang melakukan modifikasi bukan lagi hanya pemerintah Jakarta, tapi juga BNBP,”  kata Pramono, Selasa sore, 4 Maret 2025.

4. Banjir Berdasarkan Jenisnya

Pramono Anung mengatakan akan menangani banjir Jakarta berdasarkan jenisnya. Dia menyebut ada tiga jenis banjir yang terjadi di Jakarta, yakni banjir rob, banjir lokal, dan banjir kiriman dari daerah lain. “Untuk banjir lokal, kami sudah mulai pengerukan di mana-mana, sumur resapan juga kami fungsikan kembali,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025.

Pramono mengeklaim banjir kiriman di Jakarta sudah berkurang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut dia, hal ini karena telah ada Waduk Cimahi dan Waduk Sukamahi untuk menampung air. Meski begitu, Pramono menyebut dua waduk ini saja masih belum cukup untuk menangani banjir Jakarta.  “Kita tetap waspada,” katanya.

Oyuk Ivani turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *