Profil Eiger Journey Land yang Disegel Usai Banjir Besar
TEMPO.CO, Jakarta – Tempat wisata Eiger Adventure Land yang berada di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, disegel pada Kamis, 7 Maret 2025. Penyegelan itu atas keputusan bersama Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, hingga Bupati Bogor Rudy Susmanto.
Alasan penyegelan karena tempat wisata tersebut terindikasi melanggar alih fungsi lahan. “Dalam rangka kami dari LH (Kementerian Lingkungan Hidup) dapat aduan masyarakat begitu banyak dan juga dampak banjir yang terjadi luar biasa dalam rangka juga menegakkan aturan hukum undang-undang berlaku,” kata Zulhas usai melakukan penyegelan dikutip dari Antara.
Selain Eiger Journey Land, pemerintah juga menyegel tiga lokasi lainnya, yaitu Pabrik Teh Ciliwung di Telaga Saat, Hibisc Fable, dan bangunan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 Agro Wisata Gunung Mas.
Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq mengatakan terdapat indikasi adanya pelanggaran pidana yang dilakukan dalam pembangunan empat wisata yang disegel. Selain itu, keempat tempat tersebut berkontribusi terhadap terjadinya banjir yang menyebabkan kerugian materiil yang cukup besar serta menelan satu korban jiwa.
“Jadi indikasi pidananya sudah ada. Jadi kami akan menuntut dua hal terkait dengan semua tenant yang disita oleh Pak Menko dan Pak Gubernur,” kata Hanif.
Profil Eiger Journey Land
Eiger, produsen pakaian dan perlengkapan rekreasi alam, mengembangkan kawasan ekowisata di kaki Gunung Pangrango yang diberi nama Eiger Journey Land (EAL). Proyek ini diprakarsai oleh PT Eigerindo Multi Produk Industri (MPI) dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, pada Minggu, 17 Oktober 2021.
Berlokasi di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Eiger Journey Land direncanakan menjadi kawasan pariwisata alam berstandar internasional yang berkontribusi dalam pelestarian alam dan mendukung kegiatan masyarakat sehingga menjadi lebih berdaya, sejahtera, sekaligus menjaga warisan budaya.
“Kami ingin memberikan pengalaman yang menyeluruh bagi Eigerian (konsumen). Jadi, tidak hanya menyediakan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam berkegiatan luar ruang di iklim tropis, namun juga memberikan pengalaman berkegiatan secara langsung,” ujar Chairman PT Eigerindo MPI Ronny Lukito dalam keterangannya dikutip dari Antara pada Selasa, 19 Oktober 2021.
Berdiri di lahan seluas 325,89 hektare, Eiger Journey Land mencakup 72,23 hektare space Hak Guna Usaha (HGU) milik PTPN VIII. Selain itu, melalui skema perjanjian kerja sama (PKS), kawasan ini juga memanfaatkan 253,66 hektare lahan di Zona Pemanfaatan Barubolang, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pengelolaannya dilakukan berdasarkan izin Perizinan Berusaha Pengusahaan Sarana Jasa Lingkungan Wisata Alam dalam kawasan konservasi (PB-PSWA).
Destinasi wisata ini menawarkan berbagai fasilitas dan aktivitas berbasis alam, seperti wooded area journey, perjalanan budaya, pendakian, berkemah, desa tradisional, jelajah Nusantara, wellness and sanctuary, overlanding, journey playground, dan masih banyak lagi.
Jembatan Gantung Terpanjang Di Dunia
Eiger Journey Land menghadirkan dua objek wisata utama yang menjadi ikon kawasan ini, yaitu jembatan gantung (suspension bridge) dan kereta gantung. Jembatan gantung di EAL dirancang untuk menjadi yang terpanjang di dunia, dengan panjang mencapai 530 meter di kaki Gunung Pangrango.
Sebagai perbandingan, jembatan ini lebih panjang 14 meter dari 516 Arouca di Arouca Geopark, Portugal, yang saat ini memegang rekor dunia dengan panjang 516 meter. Selain itu, jembatan ini juga melampaui Charles Kuonen Suspension Bridge di Pegunungan Alpen Swiss yang membentang sepanjang 490 meter.
Awalnya, Eiger Journey Land dijadwalkan mulai beroperasi pada 2023 dengan dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), PTPN VIII, serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun hingga kini, proyek wisata tersebut terpantau masih dalam tahap pembangunan.
Jacinda Nuurun Addunyaa dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.