Logo Tempo

Ada Gerakan Suara Ibu Indonesia, Anggota DPR: Pemikiran Mereka Maju


TEMPO.CO, Jakarta – Anggota Komisi VII DPR Selly Andriany Gantina mengapresiasi gerakan Suara Ibu Indonesia yang baru saja menggelar aksi mengecam tindak kekerasan aparat keamanan terhadap demonstran penolak UU TNI. “Saya akui sangat bangga. Pemikiran mereka maju,” kata Selly saat dihubungi pada Sabtu, 29 Maret 2025.

Menurut dia, aksi demonstrasi perempuan, baik mahasiswa maupun ibu-ibu menunjukkan adanya peningkatan kualitas pemikiran. “Stigma negatif perempuan di kasur, dapur, dan sumur mulai terkikis,” ujar legislator PDIP yang membidangi ihwal perempuan ini.

Dia mengatakan, demonstrasi atas kebijakan pemerintah merupakan hal wajar di negara demokrasi. Namun, Selly mengimbau agar penyampaian aspirasi itu dilakukan dengan damai dan tidak merusak fasilitas umum.

Sebelumnya, puluhan perempuan berkumpul di kawasan Sarinah, Jakarta untuk berorasi terhadap tindakan kekerasan aparat kepada mahasiswa dan anak-anak muda yang menolak Undang-undang atau UU TNI, pada Jumat sore, 28 Maret 2025. Mereka terdiri dari ibu-ibu, mahasiswi, hingga buruh yang resah akan represifitas hari-hari ini.

Para perempuan, termasuk ibu-ibu kompak memakai pakaian putih. Mereka juga membawa poster aspirasi berisi penolakan terhadap pengesahan RUU TNI dan mengutuk tindakan kekerasan aparat ke masyarakat sipil.

Tindakan represif aparat keamanan dalam menghadapi demonstrasi menolak revisi UU TNI mendapat perhatian serius dari kelompok ibu-ibu. Mereka kemudian berkonsolidasi untuk menyuarakan perlawanan terhadap tindak represif polisi dan tentara itu.

Gerakan ini kemudian menjelma menjadi Suara Ibu Indonesia. Motor gerakan ini adalah para aktivis perempuan, buruh, hingga akademisi yang di technology Orde Baru pernah tergabung dalam Suara Ibu Peduli.

Koordinator aksi Ririn Sefsani menyatakan, bahwa tindakan represif terhadap aksi demonstrasi itu menunjukkan pemerintah antidemokrasi. Ririn Sefsani merupakan bagian dari gerakan Suara Ibu Peduli di zaman orde baru. Saat itu dia masih menjadi mahasiswa, tapi kerap ikut turun ke jalan bersama kelompok perempuan dan ibu-ibu yang lain.

Tindakan kekerasan aparat dalam menyikapi penolakan UU TNI saat ini mengingatkannya saat melawan rezim pemerintahan Soeharto. “Kami yang masih hidup tidak ingin sejarah kelam orde baru kembali lagi. Karena itu kami melawan,” ujarnya.

Suara Ibu Indonesia menyatakan, tidak rela bila masa depan anak penerus bangsa diambil oleh keserakahan elite pejabat hari-hari ini. “Kami tidak rela anak-anak kami hidup di Indonesia yang kehilangan kemanusiaan, keadilan, dan kemerdekaan bersama,” ucap Ririn.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *