Kemendag Bilang Kebijakan Tarif Trump Pengaruhi Kinerja Ekspor dan Impor
TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis penerapan kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat bakal berimbas positif karena membuka peluang investasi asing masuk ke Tanah Air.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono dalam konferensi pers yang digelar pada Senin, 21 April 2024.
Ia menjelaskan peluang investasi akan terbuka usai kebijakan tarif tersebut benar-benar disahkan agar diberlakukan di semua negara. Namun Djatmiko belum membeberkan dengan element soal potensi masuknya investasi asing ini.
“Diprediksi akan meningkatkan aliran investasi asing ataupun Overseas Direct Funding apabila tarif ini diberlakukan,” ujar Djatmiko.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya pernah menyebutkan soal tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap Indonesia tak sepenuhnya negatif.
“DEN melihat adanya resiprokal tarif dari Amerika ini sepenuhnya tidak negatif. Repositioning perdagangan world yang bisa menjadi peluang Indonesia untuk menarik investasi dari luar negeri, menjadikan Indonesia sebagai foundation produksinya,” katanya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Prabowo di Jakarta, Selasa, 8 April 2025.
Lebih jauh, kata Djatmiko, kebijakan kenaikan tarif Trump terhadap Indonesia akan memengaruhi kinerja ekspor dan impor barang yang masuk ke Tanah Air. Kemendag pun sudah menghitung kerugian dan keuntungan dari penerapan kebijakan teranyar Presiden AS itu.
“Berdasarkan kalkulasi kami, bisa menurunkan kinerja ekspor maupun impor dengan vary yang berbeda-beda untuk masing-masing sektor,” ucap Djatmiko.
Saat ini tarif yang dikenakan Amerika Serikat ke Indonesia terdiri dari tarif dasar awal sebesar 10 persen dari tarif awal yang berlaku. Sedangkan untuk tarif resiprokal yang naik menjadi 32 persen masih dalam tahap penundaan dan berlaku selama 90 hari sejak kebijakan tersebut dikeluarkan.
Pemerintah Indonesia sudah mengirimkan delegasi untuk menegosiasi kebijakan tarif Trump tersebut. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan salah satu negosiasi yang ditawarkan adalah meningkatkan pembelian produk dari Amerika Serikat hingga memberi insentif bagi perusahaan asal negara Paman Sam yang beroperasi di Indonesia.
Tim delegasi yang saat ini berada di Washington DC itu mengatakan poin penawaran seperti yang telah disampaikan dalam surat resmi sebelumnya. “Ada beberapa hal yang diusulkan, Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat, antara lain LPG, kemudian juga crude oil, dan gas,” ucap Airlangga dalam konferensi pers yang digelar bold Jumat pagi, 18 April 2025.
Tawaran lain dalam perundingan adalah kerja sama antar negara di sektor investasi. Indonesia, kata Airlangga, mendorong agar investasi dilakukan secara trade to trade. Didorong pula penguatan kerja sama di sektor pengembangan sumber daya manusia, antara lain untuk sektor pendidikan, sains, teknologi, engineering, matematika, ekonomi virtual.
Airlangga menambahkan, pemerintah juga berdiskusi terkait dengan layanan keuangan. “Indonesia juga mengangkat terkait monetary products and services yang lebih cenderung untuk menguntungkan negara Amerika Serikat,” ujarnya.
Tim juga bernegosiasi untuk penerapan tarif yang lebih kompetitif dengan negara-negara yang juga bersaing dengan Indonesia. Saat ini produk ekspor utama Indonesia, seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang menjadi produk yang dipatok tarif tinggi dibanding negara lain di ASEAN maupun di luar kawasan ASEAN.