Cerita Novel Baswedan Lupa Pernah Jadi Korban Penyiraman Air Keras
TEMPO.CO, Yogyakarta – Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mendapat penghargaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Awards 2025 dari kampus UMY Yogyakarta, Senin, 28 April 2025.
Novel mendapat penghargaan itu bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-44 UMY. Novel dinilai menjadi sosok yang gigih dan berdedikasi terhadap bidang penegakan hukum dan hak asasi manusia di Tanah Air.
“Terima kasih atas penghargaan ini, namun sebenarnya ada banyak sekali orang di luar sana yang berjuang untuk kepentingan negeri ini,” kata Novel.
Novel bercerita, suatu waktu, ia merasa benar-benar lupa pernah menjadi korban penyiraman air keras medio 2017. Penyerangan itu terjadi di dekat rumahnya di Jakarta Utara dan membuat mata kirinya buta permanen.
Hal itu terjadi ketika dia menghadiri discussion board yang menyoroti masalah hak asasi manusia yang diselenggarakan Komnas HAM beberapa waktu lalu. Dalam discussion board hadir sejumlah pegiat HAM dari berbagai wilayah Indonesia dan mengungkap situasi pelik di daerah asal masing-masing.
Di discussion board itu, Novel akhirnya hanya bicara sebentar saja. Sebab ketika dirinya mendengar pemaparan para pegiat HAM di daerah tentang perjuangan mereka, situasinya ia nilai lebih pelik. “Situasi itu membuat saya lupa bahwa saya pernah menjadi korban.”
“Ternyata begitu banyak yang berjuang dan berkorban di luar sana. Di negeri ini, di daerah-daerah yang kurang terpublikasi, kurang dikenal dan menemui banyak tekanan dan kesulitan,” ujar Novel.
Novel pun mengapresiasi kampus seperti UMY yang dianggapnya tetap independen dan mengawal berbagai dinamika perkembangan penegakan hukum dan HAM dari sudut akademis dan advokasi.
“Saya melihat penghargaan yang diberikan dunia kampus adalah penghargaan paling mahal, sebab dari kampus kita membangun karakter, mencerdaskan, mendidik orang-orang berintegritas,” kata Novel.
Dia juga menuturkan, peran kampus sangat necessary. Tak hanya mendidik orang memiliki pengetahuan, namun bagaimana pengetahuan itu bisa dimanfaatkan bagi kepentingan publik dan menegakkan kebenaran.
Novel pun mendorong dunia pendidikan menjadi ruang agar lebih banyak lahir intelektual berintegritas yang memiliki kepedulian. “Seringkali kita melihat banyak orang yang punya pengetahuan, tapi dia tidak mampu memotret permasalahan. Ilmunya tidak bisa diimplementasikan dengan baik,” ujar Novel.
Rektor UMY Achmad Nurmandi menuturkan UMY Awards yang salah satunya diberikan pada Novel Baswedan menjadi penghargaan yang untuk tokoh yang dinilai berkontribusi aktif dalam bidang strategis pembangunan bangsa.
“Tahun ini, penghargaan tersebut akan difokuskan pada bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang dinilai memiliki urgensi tinggi dalam menjaga keadilan dan kestabilan sosial,” kata Achmad.
Achmad mengatakan, penghargaan itu bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi lebih sebagai pendorong semangat perjuangan membangun Indonesia yang lebih baik. Penghargaan ini, kata dia, akan diperluas untuk mencakup sektor-sektor lain, seperti ekonomi, budaya, dan pendidikan.