Menteri PPPA Anggap Wajar Jika Anak Tak Betah Jalani Pendidikan di Barak Militer
TEMPO.CO, Jakarta – Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI menemukan fakta bahwa anak-anak yang dikirim ke barak militer untuk mengikuti pendidikan karakter justru merasa tak betah.
Menanggapi temuan itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi mengatakan wajar jika anak tak betah. “Wajarlah. Namanya baru pisah dari orang tua,” kata dia kepada Pace, saat ditemui usai menghadiri rapat koordinasi dengan Menteri Sosial tentang sekolah rakyat di Kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Kamis, 15 Mei 2025.
Arifah tak menjawab dengan pasti apakah dirinya akan memberikan perhatian khusus soal temuan KPAI beberapa waktu lalu itu. “Nanti kami lihat dulu. Setelah programnya selesai kami cek,” ujarnya.
Sebelumnya, KPAI mengungkap sejumlah catatan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Program Pendidikan Karakter Pancawaluya Jawa Barat Istimewa yang digelar di lingkungan barak militer. Ini adalah program yang diinisiasi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk mengatasi permasalahan anak seperti tawuran, pelanggaran lalu lintas dan lain sebagainya.
Salah satu temuan penting dari asesmen yang dilakukan adalah adanya anak-anak peserta pelatihan yang merasa tidak nyaman hingga memilih keluar dari lokasi pendidikan dengan berbagai alasan. “Sebagian dari mereka mengikuti diklat ini karena rekomendasi guru BK. Ada yang mengatakan tidak betah, ingin tetap belajar di sekolah, dan bahkan ada yang mencoba keluar dari depo pendidikan (dodik) dengan alasan ingin membeli makanan ringan,” kata Komisioner KPAI Aris Adi Leksono kepada Pace, Senin, 12 Mei 2025.
Meski tak ditemukan kekerasan fisik, Aris mencatat adanya tanda-tanda kelelahan yang dirasakan para peserta didik. Hal itu tercermin saat mereka mengikuti materi. “Anak-anak tampak lelah, sehingga saat ada materi ada yang mengantuk, tidak fokus, dan berbicara antar teman,” ujar Aris.
Temuan itu sejalan dengan hasil pengawasan resmi KPAI di dua lokasi penyelenggaraan program, yakni Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi di Bandung Barat dan Barak Militer Resimen 1 Sthira Yudha di Purwakarta. Dalam pengawasan tersebut, KPAI berdialog langsung dengan siswa, mewawancarai mereka secara tertutup, serta membagikan kuesioner.
KPAI menekankan pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter yang benar-benar ramah anak, bebas dari kekerasan dan diskriminasi, serta menjamin tumbuh kembang anak secara optimum. “Kami menghargai semangat Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mengembangkan pendidikan karakter. Tapi pendekatannya harus berpijak pada prinsip perlindungan anak. Program ini harus menjadi ruang pemulihan dan pemberdayaan, bukan stigmatisasi,” kata Aris.
Ia mengingatkan pendekatan pendidikan berbasis disiplin memang dapat membentuk sikap, namun tanpa ekosistem pendukung seperti pengasuhan keluarga, layanan konseling, dan lingkungan sosial yang sehat, perubahan perilaku anak akan sulit bertahan lama.