Logo

Penghargaan Yayasan 98 Peduli untuk 2 Sosok Dokumenter Tragedi Mei 1998


TEMPO.CO, JakartaYayasan 98 Peduli memberikan penghargaan kepada dua sosok berjasa dalam pendokumentasian Tragedi Mei 1998. Dua sosok itu adalah almarhum Tino Saroengallo, pembuat movie dokumenter tragedi Mei 1998 dan Firman Hidayatullah, fotografer tragedi Mei 1998.

Penghargaan tersebut diserahkan dalam acara Diskusi Seri-1 dengan tema “Pendidikan Kerakyatan dalam Pengentasan Kemiskinan” yang digelar pada Selasa, 20 Mei 2025 di Jakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga ingatan kolektif bangsa sebagai bagian dari pendidikan sejarah generasi muda. Penghargaan ini merupakan wujud penghargaan atas kerja dokumentasi yang menjadi jejak sejarah dan sumber belajar. 

“Kami percaya bahwa sejarah yang didokumentasikan dengan jujur dan manusiawi adalah warisan berharga bagi bangsa ini. Karya-karya almarhum Bang Tino Saroengallo dan  Firman Hidayatullah tidak hanya menyuarakan kebenaran, tetapi juga membangkitkan empati dan kesadaran publik. Itulah mengapa kami merasa penting untuk memberikan penghargaan ini,” kata Detti Arsanti dalam acara tersebut. 

Detti mengatakan bahwa pendidikan sejarah bukanlah tugas akademik semata, tetapi tanggung jawab ethical. Detti menyampaikan bahwa dokumentasi visible memiliki daya hidup yang kuat untuk menyampaikan sejarah kepada generasi muda. “Inilah yang membuat kontribusi Alm. Bang Tino Saroengallo dan Firman Hidayatullah sangat penting dan layak dihargai,” terangnya. 

Profil Tino Saroengallo dan Firman Hidayatullah

Dilansir dari indonesianfilmcenter, Tino Saroengallo lahir di Jakarta, pada 10 Juli 1958 dan meninggal pada 27 Juli 2018 akibat kanker prostat yang dideritanya. Tino memulai karier di industri movie dengan menjadi seorang kru movie. Berkat kegigihannya, ia berhasil menjadi seorang aktor, sutradara dan produser yang disegani. Sebagai aktor ia telah membintangi beberapa movie layar lebar, diantaranya Quickie Specific, Pesan dari Surga, MBA (Married By means of Coincidence) dan lain-lain.

Sebagai sutradara, Tino telah meraih berbagai penghargaan bergengsi lewat film-filmnya. Penghargaan tersebut antara lain Sebagai Best possible Artwork Director & Best possible New Director di 47 tahun, Asia Pacific Movie Pageant 2002, Seoul, Korea Selatan, lewat movie Cau Bau Kan. Filmnya yang berjudul Pasir Berbisik juga meraih Best possible Cinematography, Best possible Sound and Jury’s Particular Award untuk Maximum Promising Director di 46 tahun Asia Pacific Movie Pageant, 2001, di Jakarta. Selain itu movie ini juga meraih Best possible Actress Award di Pageant du Movie Asiatique Deauville 2002, Paris, Perancis.

Pernah terlibat sebagai sutradara Pupil Motion in Indonesia (Censored Model). Movie yang membuatnya meraih penghargaan untuk kategori Movie Dokumenter Terbaik di ajang Indonesia Movie Pageant 2004. Karya movie pendek “Pupil Motion in Indonesia: the Military Compelled Them to be Violent” meraih penghargaan sebagai very best movie di 47 tahun Asia Pasific Movie.

Dikenal pula sebagai produser, direktur serta manajemen produksi untuk pembuatan sejumlah iklan televisi, diantaranya Bentoel Biru, Djarum, A Gentle, Hemaviton Motion, Mie Sedap, Tango, Pepsodent, Citra, Shut Up, dan lain-lain.

Sementara itu, Muhammad Firman Hidayatullah adalah seorang fotografer dan aktivis yang memainkan peran penting dalam mendokumentasikan peristiwa Reformasi 1998 di Indonesia. Sebagai anggota Discussion board Kota, sebuah organisasi gerakan mahasiswa, Firman tidak hanya terlibat langsung dalam aksi-aksi demonstrasi, tetapi juga mengabadikan momen-momen krusial selama pergolakan tersebut melalui lensa kameranya.

Dengan menggunakan kamera Nikon FM2 milik ayahnya, Firman merekam berbagai peristiwa penting, termasuk bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan, serta penguasaan Gedung DPR RI oleh para demonstran pada 21 Mei 1998, hari ketika Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah 32 tahun berkuasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *