Logo

Jemaah Diingatkan Siapkan Fisik dan Psychological di Prosesi Puncak Haji


TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Tim Pengawas Haji DPR Cucun Ahmad Syamsurijal mewanti-wanti jemaah haji Indonesia agar mempersiapkan fisik dan psychological sebaik-baiknya di puncak pelaksanaan ibadah haji. Fase puncak ibadah haji yang dikenal dengan masa Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) jatuh pada Kamis, 5 Juni 2025 atau 9 Zulhijah 1446 Hijriah.

Cucun mengatakan masa puncak haji merupakan momen yang dinantikan jemaah haji setelah bertahun-tahun menunggu kesempatan berhaji. Maka dari itu, Wakil Ketua DPR ini mengingatkan pentingnya kesiapan jasmani maupun rohani supaya jemaah haji dapat menjalankan semua rangkaian ibadah dengan maksimal.

“Pesan saya untuk jemaah haji semua, harus betul-betul menyiapkan bukan hanya fisik, tetapi juga psychological,” ujar Cucun di Makkah, dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis, 5 Juni 2025. “Karena puncak haji ini adalah ibadah yang sangat didambakan, harus dijalani dengan penuh semangat dan kesiapan.”

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini mengatakan tantangan utama yang dihadapi jemaah saat puncak haji adalah cuaca ekstrem dan kondisi yang padat di lokasi ibadah, terutama di Padang Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Tak hanya itu, proses ibadah seperti lempar jumrah dan tawaf ifadah juga dinilai akan menguras tenaga para jemaah.

“Fisik dan psikis jemaah harus benar-benar kuat. Cuaca di Arafah sangat panas, kemudian saat lempar jumrah maupun tawaf, itu sangat padat. Jadi psychological dan semangat harus terus dijaga agar bisa tetap sehat hingga akhir ibadah,” kata Cucun.

Ia pun memastikan bahwa pemerintah melalui Kementerian Agama sudah menyiapkan berbagai langkah antisipatif untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan jemaah saat menjalani ibadah puncak haji.

Persiapan itu meliputi layanan kesehatan, penyediaan transportasi, pengaturan logistik dan akomodasi, serta pendampingan bagi jemaah lansia dan berkebutuhan khusus.

“Biarkan kami, seluruh panitia penyelenggara haji dan DPR sebagai pengawas, memastikan prosesi ini berjalan aman dan nyaman bagi jemaah. Kami ingin mereka bisa fokus beribadah dan pulang dalam keadaan sehat,” tutur Cucun.

Sementara itu, anggota Timwas Haji DPR RI Selly Andriany Gantina mengingatkan bahwa titik krusial pelaksanaan ibadah haji bukan hanya pada saat puncak haji. Menurut anggota Komisi VIII DPR ini, kondisi jemaah seusai puncak haji umumnya mulai lelah, baik secara fisik maupun psikis, terutama bagi jemaah lansia dan penyandang disabilitas.

“Justru setelah puncak haji inilah titik krusial. Para jemaah kelelahan, capek lahir dan batin. Banyak dari mereka mengalami gangguan psikis karena terpisah dari pendampingnya atau pasangan,” ujar Selly.

Politikus dari PDI Perjuangan itu meminta Kementerian Agama untuk menyiapkan skenario teknis yang terstruktur guna menangani fase pasca-puncak haji. Dia menilai bahwa minimnya mitigasi risiko dapat memperburuk kondisi jemaah dan berdampak pada tingginya angka kematian maupun gangguan kesehatan.

Secara overall, pelaksanaan ibadah haji tahun ini diikuti oleh 221.000 jemaah Indonesia yang dibagi menjadi 203.320 haji reguler dan 17.680 haji khusus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *