Logo

Potret Toleransi Beragama: Keuskupan Ruteng Menyerahkan 3 Kambing Saat idul Adha


TEMPO.CO, JakartaPerayaan Hari Raya Idul Adha 1446 H di Ruteng, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), berlangsung istimewa lantaran masyarakat nonmuslim ikut serta berkurban. Partisipasi masyarakat nonmuslim tersebut menggambarkan eratnya toleransi beragama di Ruteng, Manggarai.

Umat Paroki Kumba di Ruteng yang merupakan tempat berdirinya Masjid Agung Baiturahman memberikan kambing untuk dikurbankan sehari sebelum pelaksanaan salat Ied. Kambing tersebut diantar oleh pemuda-pemudi Katolik di kawasan tersebut. 

Pada 5 Juni 2025, Keuskupan Ruteng dan umat Paroki Katedral yang diwakili oleh Dewan Pastoral Paroki (DPP) tiga  ekor kambing sebagai bentuk partisipasi untuk perayaan Idul Adha dengan mengenakan pakaian adat Manggarai.

Juru bicara Raimundus Nuruk menyampaikan bila hewan kurban tersebut merupakan bentuk persaudaraan dari umat Katolik Keuskupan Ruteng dan Paroki Katedral kepada warga muslim di sana.

“Hewan kurban ini merupakan bentuk partisipasi umat Katolik dalam perayaan Idul Adha tahun 2025. Kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin semoga membawa berkah untuk semua umat beragama di Kabupaten Manggarai,” kata Raymundus.

Hewan kurban tersebut diterima oleh Ketua Takmir Masjid Agung Baiturahman H. Rusul dan anggota Takmir Masjid di halaman masjid. Rusul mengungkapkan rasa terima kasih dengan suara terbata menahan haru.

“Kami sebagai umat muslim merasa sangat berbahagia dengan kunjungan dari DPP Paroki Katedral dan amanah berupa 3 ekor kambing kurban dari umat Katolik. Semoga persaudaraan ini akan selalu terjaga dan kehidupan beragama di Manggarai akan menjadi contoh indahnya keberagaman untuk anak cucu kita di masa mendatang. Salam hormat dari umat Islam untuk Yang Mulia Uskup Ruteng dan salam kami juga untuk semua umat Katolik di Manggarai,” ujar Rusul.

Toleransi umat beragama di Ruteng telah mendarah daging. “Masyarakat Manggarai telah menerapkan sikap saling menghargai dan menghormati dalam keseharian sejak lama karena para tokoh agama memberikan contoh nyata atas cara seharusnya agama dijalankan,” kata Jeany Wajong warga Manggarai kepada Pace.co, Sabtu, 7 Juni 2025.

Ia mengatakan. misalnya dalam perayaan Natal, para tokoh muslim juga akan bersama bersilaturahmi ke rumah para kerabat dan merayakan. Saat lebaran, keluarga muslim akan mendapat kunjungan dari saudara-saudara nonmuslim untuk bersama-sama menyantap opor dan kopi.

Profil Wilayah Ruteng, Manggarai

Ruteng merupakan ibu kota Kabupaten Manggarai. Kota kecil tersebut dikenal menyajikan keramahan dan kenyaman yang menyejukan bagi para pendatang. Alasannya bukan hanya karena cuacanya yang sejuk, namun juga karena keramahan dan kehidupan sosial masyarakatnya dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu aspek menarik dari kota Ruteng adalah berdirinya dua masjid di antara banyaknya gereja dan biara. 

Kedua tempat ibadah tersebut adalah Masjid Jihadul Ukhro yang terletak di pusat kota Ruteng di Kelurahan Mbaumuku dan Masjid Agung Baiturahman yang terletak di Kumba Kelurahan Satar Tacik. Tentu saja, kedua bangunan tersebut bukan sekedar bangunan indah tempat umat Islam beribadah. Keberadaan dua masjid tersebut merupakan gambaran atas kerukunan antar umat beragama yang terbina sejak lama. 

Manggarai dihuni oleh penduduk yang mayoritas beragama Katolik, yaitu sejumlah 340.153 jiwa menurut situs Manggarai Dalam Angka consistent with April 2025. Sementara itu, masyarakat Islam di kawasan tersebut berjumlah 13.031 jiwa atau sekitar 3,8 persen dari populasi sampai dengan November 2024.

Agama Islam diperkirakan masuk di Manggarai sekitar abad ke-17  bersama dengan masuknya para pedagang dan ulama dari Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Bima. Agama Islam berkembang dan bertumbuh menjadi bagian dari masyarakat Manggarai dalam keharmonisan hingga saat ini.

Sebagai minoritas, umat Islam di Manggarai menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman selama bertahun-tahun. Persaudaraan dan persahabatan juga terlihat pada perayaan hari besar agama, semua umat beragama saling menjaga dan terlibat aktif memastikan rangkaian ibadah berjalan dengan aman.

“Ruteng adalah kota yang bisa menjadi contoh tentang keberagaman yang justru menjadi kekayaan dan kekuatan untuk semua agama. Di kota ini  semua orang adalah saudara dalam kemanusiaan; perbedaan adalah pengikat yang semakin mengeratkan rasa persaudaraan,” kata H. Amir Kelilauw, sesepuh dan tokoh umat Islam di Manggarai.

Amir Keliauw mengatakan, dengan berkurban, kita semua tidak sekedar menjalankan perintah agama tetapi juga menunjukan bagaimana ego dan kesombongan sebagai pribadi dan kelompok kita “sembelih” untuk kepentingan yang lebih besar. Kita membuang semua atribut dan menyatu menjadi orang Manggarai yang akan selalu saling menghormati dan menyayangi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *