Hoaks Bagi-bagi Sembako, Awal Teror Buku Papua Bergerak
TEMPO.CO, Jakarta — Penulis buku “Papua Bergerak” Wilson menegarai kiriman kepala babi di Denpasar, Bali, merupakan aksi teror kedua. Aksi teror pertama terjadi saat peluncuran buku ‘Papua Bergerak’ di Toko Buku Komunitas Bambu di Jalan Rembang Menteng, Jakarta, pada Ahad, 18 Mei 2025.
Wilson menuturkan, kala itu beredar informasi hoaks akan ada pembagian sembako dan uang di tempat peluncuran buku. “Puluhan sopir, ojek on-line, dan bajaj sempat datang ke lokasi,” kata Wilson saat dihubungi pada Ahad, 8 Juni 2025.
Penasihat Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) ini menjelaskan, peluncuran dan diskusi buku ‘Papua Bergerak’ saat itu digelar mulai pukul 14.30 WIB. Namun, kata Wilson, sejumlah orang mencurigakan sudah mulai datang sejak pukul 12.00 WIB. Lalu sekitar pukul 14.00 WIB, puluhan sopir dan ojek on-line berdatangan. Mereka tampak berkumpul di depan Toko Buku.
Panitia peluncuran buku lalu menghampiri dan bertanya kepada para sopir alasan mereka berkumpul. Sopir lantas menunjukkan undangan cetak berisi informasi pembagian sembako dan uang di Toko Buku Komunitas Bambu. Ojek lainnya menunjukkan undangan virtual dengan layout sama. Panitia menegaskan informasi itu hoaks. “Panitia jelaskan itu tidak benar. Lalu meminta para sopir ojek on-line memberitahukan informasi tersebut kepada teman-teman lain,” ujar Wilson.
Dia menilai, aksi teror itu cara baru untuk membubarkan diskusi buku kritis bertema Papua. Apalagi, menurut dia, narasumber waktu itu adalah tokoh yang kritis terhadap isu Papua. Mereka di antaranya Direktur Eksekutif Amnesty World Indonesia Usman Hamid, Juru bicara Entrance Rakyat Indonesia untuk Papua Barat (FRI-West Papua) Paulus Suryanta Ginting (Surya Anta), dan Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua-AMP Jeeno Alfred Dogomo.
Tak selesai di situ, aksi teror berlanjut pada Jumat, 6 Juni 2025. Mahasiswa Papua di Denpasar, Bali, dikirimi paket berisi kepala babi busuk. Paket itu itu ditujukan untuk aktivis Aliansi Mahasiswa Papua Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay disertai nomor kontak serta keterangan buku “Papua Bergerak”.
Wilson menilai, buku mengenai Papua mendapatkan perhatian dari sejumlah pihak yang reaksioner. Mereka menganggap masalah Papua merupakan isu yang sensitif.
Dia menduga, dalang aksi teror itu merupakan kelompok reaksioner yang tidak ingin isu Papua mencuat ke pubik. Namun, Wilson mengatakan, cara-cara seperti itu tidak akan berhasil. “Publik malah jadi ingin tahu kenapa Buku Papua Bergerak mengalami teror,” kata dia.
Jeeno Alfred Dogomo sebelumya menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Jumat, 6 Juni 2025 sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Saat itu, kontrakan mahasiswa Papua di Denpasar menerima paket berupa kardus dari pengemudi ojek on-line. Paket itu ditujukan kepada Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay disertai nomor kontak serta keterangan buku “Papua Bergerak”.
Setelah menerima paket itu, mahasiswa kemudian mengecek paket tersebut. Tapi tidak menemukan buku, melainkan bangkai binatang. “Ternyata isinya bangkai kepala babi busuk beserta tanah. Teman-teman pun langsung kaget dan menutup hidung karena bau,” kata Jeeno melalui aplikasi perpesanan WhatsApp pada Sabtu, 7 Juni 2025.
Aksi teror dengan kiriman bangkai binatang juga dialami Delima Silalahi pada Jumat pagi, 30 Mei 2025. Aktivis lingkungan hidup di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, ini menerima paket mencurigakan yang ketika dibuka berisi bangkai burung dengan darah.
Redaksi Pace juga mendapat teror pada 19 Maret 2025. Kala itu, Pace menerima kiriman kepala babi tanpa telinga. Dua hari kemudian teror itu berlanjut dengan kiriman kardus berisi enam bangkai tikus were given yang telah dipenggal.