Fakultas Teknologi Pertanian IPB Terancam Dibubarkan, Ini Respons Mantan Rektor dan Dekan
TEMPO.CO, Jakarta – Rencana perubahan struktur Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi sekolah teknik menuai respons dari sejumlah tokoh yang punya sejarah panjang dengan fakultas tersebut. Mereka menegaskan pentingnya mempertahankan Fateta sebagai rumah besar pengembangan teknologi pertanian Indonesia yang berkontribusi sejak 1964.
Mantan Rektor IPB, Aman Wirakartakusumah, sekaligus pendiri Fateta mengatakan bahwa eksistensi fakultas ini tak bisa dilepaskan dari strategi pembangunan nasional. “Sejak awal, Fateta hadir untuk mendukung semua mata rantai sektor pertanian, dari hulu sampai hilir. Teknologi dan keilmuan yang dikembangkan di dalamnya menyokong isu pangan, energi, gizi, hingga kualitas hidup generasi muda menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Aman saat ditemui di Aula IPB Global Standard Heart, Bogor, Jawa Barat, Senin, 9 Juni 2025.
Aman juga menekankan Fateta merupakan wujud hibrida antara ilmu teknik, ilmu alam, manajemen, dan teknologi. Menurut dia, membubarkan fakultas ini sama saja dengan mencabut roh teknologi dari pembangunan pertanian Indonesia.
Mantan Dekan Fateta IPB Florentinus Gregorius Winarno menyebut Fateta telah melahirkan dan membesarkan insan-insan pertanian tangguh. Dia amat keberatan apabila fakultas tersebut diganti menjadi sekolah teknik. “Kalau ditusuk jantung saya, darahnya darah Fateta. Saya bangun Fateta dari yang tidak dikenal, sekarang jadi mendunia,” ucapnya.
Winarno juga mengisahkan perannya dalam pendirian 17 STM Pembangunan Pertanian yang dulu berada di bawah binaan Fateta. Kini, ia menyayangkan hubungan historis itu nyaris terputus. Menurut dia, perubahan struktur institusi tidak semestinya dilakukan dengan menghapus sejarah. “Almamater itu, artinya ibu yang menyusui. Kalau sudah tua, bukan berarti harus diganti dengan ibu muda,” katanya menyindir rencana penggantian Fateta dengan sekolah teknik.
Sementara itu, Dekan Fateta IPB saat ini menyatakan proses transformasi fakultas ke sekolah teknik telah melalui pertimbangan panjang dan bukan keputusan sepihak. “Empat program studi di Fateta, tiga di antaranya sudah berstatus sarjana teknik, satu lagi teknologi pangan. Semua prodi telah memilih untuk masuk ke struktur sekolah teknik,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan bahwa substansi ilmu teknologi pertanian tetap dijaga dan diperkuat. “Ilmunya tidak dikurangi sesuil (sedikit) pun. Yang berubah hanya struktur organisasinya,” kata dia. Ia membuka peluang diskusi akademik untuk mengevaluasi kembali keputusan ini, asal melalui mekanisme resmi. “Silakan saja bikin naskah akademik baru. Tapi harus dosen aktif, bukan alumni,” ujarnya.