Alumni Minta IPB Batalkan Penggantian Fakultas Teknik Pertanian Jadi Sekolah Teknik
TEMPO.CO, Jakarta – Institut Pertanian Bogor atau IPB mengubah Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) menjadi sekolah teknik. Perubahan itu tertuang dalam Surat Keputusan Rektor IPB No. 444 Tahun 2024 tentang Perubahan Pengelolaan Seluruh Program Studi Pada Fakultas Teknologi Pertanian ke Sekolah Teknik. Aturan itu disahkan oleh rektor pada 27 Desember 2024.
Rencana perubahan struktur tersebut menuai penolakan dari kalangan alumni. Salah satunya mantan rektor IPB Aman Wirakartakusumah. Dia mengatakan mengubah Fateta menjadi sekolah teknik sama saja dengan mengubah IPB secara keseluruhan. Menurut dia, Fateta merupakan salah satu fakultas yang menjadi ciri khas IPB sebagai perguruan tinggi yang fokus pada pengembangan pertanian.
“Kita harus pahami bahwa IPB itu pohonnya pertanian. Artinya bisa saja yang lain didirikan seperti ekonomi dan teknik, tapi tentu tidak menghilangkan rumah utama (teknologi pertanian),” kata dia kepada Pace pada Kamis, 5 Juni 2025.
Aman menjelaskan, Fateta merupakan wujud hibrida antara ilmu teknik, ilmu alam, manajemen, dan teknologi. Orientasi keilmuan ini adalah untuk mengembangkan sektor pertanian mulai dari hulu seperti mekanisasi, agricultural enggering, sampai ke hilir seperti hilirisasi hasil pertanian.
Tujuan tersebut, kata dia, berbeda dengan tujuan keilmuan teknik murni, seperti teknik kimia dan mesin, sebagaimana berdasarkan SK rektor akan digabung dengan teknologi pertanian. Aman menyebut, ilmu keteknikan terlalu luas bahkan sebagian besar tidak menyentuh pertanian.
Aman tidak menolak pembentukan sekolah teknik. Namun, dia tidak setuju apabila Fateta dihapus dan dilebur dengan sekolah tersebut. “Jangan mengubah apa yang sudah ajeg menjadi ambigu dan tidak jelas hanya karena ingin menawarkan kehidupan baru,” kata dia.
Selain Aman, alumni IPB Sam Herodian sekaligus mantan dekan Fateta juga meminta rencana penghapusan Fateta dibatalkan. Menurut dia, proses perubahan struktur tersebut tidak sesuai dengan rencana awal yang semestinya hanya mendirikan sekolah tanpa menghapus fakultas lain.
Dia menuturkan, panitia pembentukan sekolah teknik juga tidak melibatkan para alumni, mahasiswa, dan stakeholder IPB dalam pengambilan keputusan. “Dalam proses dari Maret sampai Desember, itu banyak proses yang cenderung senyap,” kata dia.
Dihubungi terpisah, Penanggung Jawab sementara Dekan Sekolah Teknik IPB Slamet Budijanto mengatakan pembentukan sekolah teknik merupakan mandat dari arsitektur akademik IPB untuk mengembangkan ilmu keteknikan di bidang pertanian, maritim, dan biosains tropika.
Namun, karena valuasi keilmuan yang ada di Fateta saat ini hampir 60 persen berisi teknik, maka muncul ide untuk baik menggabungkan keduanya guna efisiensi. “Bayangkan, ketika ada sekolah teknik, lalu ada Fateta yang juga mengerjakan teknik, apakah ini bukan pemubaziran sumber daya?,” kata dia. “Ini juga akan saling memenjarakan,” katanya.
Selain nama fakultas, Slamet memastikan bahwa tidak akan ada yang berubah, baik itu kurikulum maupun orientasi keilmuan. “Bahkan mungkin sekolah teknik ini akan menguatkan yang sudah ada,” kata dia pada Senin, 9 Juni 2025.