Cerita Anak Buruh Bangunan Diterima Tanpa Tes Masuk UGM
TEMPO.CO, Jakarta – Kegembiraan terpancar di wajah Rahmad Raafi Saputra, 18 tahun, setelah tahu dirinya lolos tanpa tes masuk kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia masih ingat di sore tanggal 18 Maret lalu saat pengumuman kelulusan SNBP.
Dari dalam kamar, ia sedikit berlari menuju teras rumah menunjukkan layar gawai ke kedua orang tuanya, Sukiman dan Asniar, yang tengah asyik bercengkerama. “Bapak ibu terlihat senang, apalagi setelah tahu saya akan kuliah di UGM dengan UKT 0 rupiah,” kenang Raafi, dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, Ahad, 15 Juni 2025.
Sukiman, 60 tahun, merasa senang dan bersyukur Raafi bisa diterima kuliah dengan free of charge lewat beasiswa UKT 0 dari UGM. Sebagai buruh bangunan yang berpenghasilan 80 ribu sehari, ia mengaku cukup berat jika harus mengeluarkan biaya kuliah.
“Apalagi pekerjaan ini tak menentu. Kadang ada kadang tidak ada. Saya bersyukur Raafi diterima di UGM. Semoga bisa kuliah dengan baik dan lancar,” kata Sukiman penuh harap.
Bagi Raafi, pekerjaan ayahnya sebagai buruh bangunan dengan penghasilan yang tidak menentu membuat dia mafhum sehingga tidak pernah merasa kecil hati. Sadar akan kondisinya, sejak lama Raafi menjadi pribadi yang tidak banyak menuntut.
Raafi tercatat melewati pendidikan di SD Muhammadiyah Domban, SMP Negeri 2 Sleman, dan SMA Negeri 1 Sleman yang kesemuanya berjarak tak jauh dari rumahnya di Jalan Temulawak, Triharjo Sleman. Dengan bersekolah di dekat rumah, Raafi mengaku merasa diuntungkan karena tidak banyak biaya yang harus dikeluarkan. Ia pun lebih bisa berkonsentrasi dalam belajar.
Beruntung, selama menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas, ia selalu mendapat nilai yang baik dan langganan mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar dari pemerintah.
Raafi mengaku sempat dihinggapi bayang-bayang kekhawatiran soal masa depannya. Dengan kondisi ekonomi keluarganya, ia sempat ragu bisa melanjutkan kuliah jika tanpa beasiswa.
Untuk mengikis bayang-bayang itu, sejak duduk di kelas X, ia bertekad untuk bisa selalu berprestasi. Tak heran di setiap kesempatan, ia selalu mengikuti berbagai kompetisi, dan buktinya sederet prestasi berhasil ia raih baik akademis maupun non akademis.
Ia pernah juara 3 Lomba Sesorah atau pidato bahasa Jawa di ajang Pageant Keistimewaan Yogyakarta, Duta Pekan Keselamatan Jalan (PKJ) di tingkat Provinsi DIY, juara 1 Paduan Suara PMR Tingkat Wira PMI Kabupaten Sleman dan juara 1 Pidato dalam MTQ kabupaten Sleman.
Tidak hanya itu, Raafi juga aktif ikut organisasi ekstrakurikuler dengan menjadi pengurus OSIS Pradiptatama SMA Negeri 1 Sleman, Peleton Inti dan Paduan Suara Gita Pradiptatama.
Terakhir, ia sempat membuat proyek karya tulis ilmiah untuk mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2024 Cabang Fisika Terapan dan Rekayasa yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).
Pada kompetisi ini, ia menulis tema Membidik Paradigma Lingkungan Indonesia: Inovasi CARBONIX (Carbon Oxygen Nexus Integration Extractor) sebagai Konverter Karbon Dioksida (CO2) menjadi Oksigen (02) dalam Upaya Mereduksi Efek Fuel Rumah Kaca.
Raafi mensyukuri atas semua perjalanan yang telah ia lalui selama di bangku sekolah. Cukup banyak alasan, kenapa ia kemudian memilih Fakultas Kehutanan UGM.
Selain bercita-cita menjadi rimbawan, ia berharap bisa membuat perencanaan dan bisa bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup atau perusahaan.
“Negeri kita dikenal sebagai paru-paru dunia. Kita bisa belajar dari hutan dan bisa belajar tentang Indonesia. Kita prihatin hutan di Indonesia semakin menipis, kita sebagai generasi penerus harus dapat memastikan ekosistem international tetap terjaga dan seimbang,” kata dia.
Pilihan Editor: Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah