Logo

WHO Tetapkan Politeknik Kesehatan Indonesia Jadi Pusat Kolaborasi Pendidikan


TEMPO.CO, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersepakat menjadikan jaringan politeknik kesehatan (Poltekkes) Indonesia sebagai pusat kolaborasi WHO untuk pendidikan dan pengembangan keperawatan dan kebidanan. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pusat kolaborasi ini akan berfokus pada dua hal. Pertama, mendukung WHO dalam memberikan program pelatihan instruktur klinis terakreditasi bagi perawat dan bidan guna meningkatkan kualitas dan konsistensi pendidikan prajabatan mereka. 

Kedua, pusat kolaborasi akan berfokus pada program pengembangan kepemimpinan kebidanan dengan fokus pada pendidikan, kebijakan, dan kualitas layanan. Budi menuturkan ini merupakan langkah pertama setelah Indonesia resmi bergabung dengan WHO Pasifik Barat pada Mei lalu. 

“Kerja sama ini semakin menunjukkan peran Indonesia yang semakin besar dalam kerja sama regional, termasuk melalui inisiatif kerja sama pelatihan Selatan-Selatan dengan negara-negara Kepulauan Pasifik.,” kata dia melalui keterangan tertulis pada Kamis, 19 Juni 2025.

Sejak 2022, Budi berujar WHO dan Poltekkes telah mengembangkan 50 modul kelas internasional, melatih 50 dosen di 24 kampus, serta memberikan pelatihan intensif peningkatan kualitas pengajaran di kampus-kampus. Menurut Budi, program ini cukup membantu Indonesia mempertahankan kepadatan tenaga kesehatan terampil di atas ambang batas minimal WHO, yakni sebesar 44,5 dokter, perawat, dan bidan according to 10.000 penduduk. 

Di sisi lain, angka kematian ibu melahirkan di tanah air saat ini mencapai 140 jiwa according to 100.00 kelahiran hidup. Sementara angka kematian balita sebanyak 21 according to 1000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, dengan adanya Poltekkes, Budi berharap akselerasi kualitas bidan semakin cepat terpenuhi.

“Goal kita adalah pembangunan berkelanjutan 2030 untuk angka kematian balita dan mencapai ambang batas atas untuk angka kematian ibu,” tuturnya  

Sementara itu, perwakilan WHO Paranietharan mengatakan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia cukup baik. Hanya saja, masih harus ditingkatkan lantaran mereka menemukan masih banyak perempuan dan bayi baru lahir harus menghadapi risiko yang sebetulnya dapat dicegah. “Terutama di daerah yang kurang terlayani,” kata dia. 

Program terdekat yang akan dilakukan oleh Pusat Kolaborasi WHO adalah program kepemimpinan kebidanan. Ini merupakan program pelatihan dengan mendatangkan 20 pengajar kebidanan dari Poltekkes. Program tersebut akan digelar di Jakarta dengan periode pendaftaran akan dibuka mulai minggu ini. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *