Trending Nasional: Cerita Korban Pemerkosaan Massal hingga PSI Tak Mampu Lepas dari Jokowi
TEMPO.CO, Jakarta – Beberapa berita di kanal nasional Tempo menjadi perhatian pembaca hingga Jumat, 27 Juni 2025. Berita tersebut, antara lain mengenai cerita pemerkosaan massal 1998 yang diambil dari perspektif korban, pendamping, dan tim investigasi.
Pilihan editor: Mengapa PSI Tak Bisa Lepas dari Bayang-bayang Jokowi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terdapat pula berita lain seperti Partai Solidaritas Indonesia yang tak mampu lepas dari bayang-bayang mantan Presiden Joko Widodo, serta sikap DPR mengenai surat Forum Purnawirawan Prajurit (FPP) TNI yang mengusulkan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden.
Cerita Korban, Pendamping, dan Tim Investigasi tentang Pemerkosaan Massal 1998
Laporan utama majalah Tempo bertajuk “Utak-Atik Sejarah Resmi” yang terbit pada pekan ini menyajikan cerita pemerkosaan massal pada kerusuhan Mei 1998 yang diambil dari kesaksian korban, pendamping, dan tim investigasi.
Agatha-bukan nama sebenarnya, mengaku selalu mengalami cemas luar biasa manakala teringat peristiwa yang menimpanya pada Mei 1998 silam. Perempuan keturunan Cina ini merupakan salah satu korban pemerkosaan massal 1998.
Melalui pesan singkat kepada Tempo, Agatha menceritakan kembali kejadian ini manakala gerombolan pemuda bertubuh tegap menyatroni rumah toko milik keluarganya yang berlokasi di Jakarta Barat.
Saat itu, 14 Mei 1998, Agatha mengatakan, gerombolan pemuda ini mengobrak-abrik dan menjarah isi rumah sebelum merudapaksa Agatha yang berada di dalam rumah toko. “Mereka merenggut hidup saya,” kata Agatha melalui pesan elektronik kepada Tempo pada Senin, 21 Juni 2025.
Ia menolak untuk diwawancarai langsung. Surat untuk Tempo dikirimnya melalui pendamping korban pemerkosaan massal 1998 yang dekat dengan dirinya. Walhasil, Tempo mewawancarai para pendamping ini untuk memastikan informasi yang disampaikan Agatha tak berubah.
Pendamping yang ditemui Tempo bercerita, setelah dirudapaksa Agatha dibawa seorang Ibu ke rumah aman. Syahdan, anggota Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, Ita Fatia Nadia, menjemput dan membawa Agatha ke rumah sakit.
Di sana, Agatha bertemu dengan dokter Lie A. Dharmawan yang menangani puluhan korban kerusuhan dan pemerkosaan massal. Ita mengatakan, pada akhir Mei 1998 atau saat kondisi Agatha membaik, ayah perempuan itu membawanya ke luar negeri.
“Sekarang tinggal di luar negeri bersama keluarganya dan bukan warga negara Indonesia lagi,” kata Ita kepada Tempo pada Kamis, 19 Juni 2025.
Mantan Ketua TGPF Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, Marzuki Darusman, mengatakan mayoritas korban pemerkosaan adalah perempuan etnis Cina. Berdasarkan catatan TGPF, setidaknya terjadi 92 kasus kekerasan seksual sepanjang 13-15 Mei 1998.
Dari 92 kasus, 53 di antaranya merupakan kasus pemerkosaaan dan 14 kasus pemerkosaan yang disertai tindak penganiayaan. Data TGPF yang diverifikasi bersama Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK) menyebut, mayoritas kasus pemerkosaan terjadi di Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
Dua wilayah ini merupakan kantong permukiman penduduk keturunan Cina di Jakarta. Data ini juga mencatatkan, kasus kekerasan seksual tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di Medan dan Surabaya.
“Kami ulang berkali-kali, hasilnya sama. Ada kekerasan seksual yang sifatnya sistematis dan beruntun,” kata Marzuki saat wawancara virtual dengan Tempo pada Jumat, 20 Juni 2025.
Memori pemerkosaan massal 1998 mencuat kembali manakala Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyatakan kasus tersebut hanya sekadar rumor. Dia menyatakan dalam acara Real Talk with Uni Lubis di kanal YouTube IDN Times pada Rabu, 10 Juni 2025.
Mengapa PSI Tak Bisa Lepas dari Bayang-bayang Jokowi
Calon Ketua Umum PSI, Ronald Aristone Sinaga, berharap bisa menggaet mantan Presiden Jokowi sebagai Ketua Dewan Pembina PSI apabila ia terpilih sebagai ketua umum partai berlambang bunga mawar ini.
Nantinya, kata dia, apabila terpilih. Tim pemenangan akan mendorong paket pengurus Dewan Pimpinan Pusat PSI memasukan nama Jokowi sebagai Ketua Dewan Pembina. “Pak Jokowi tokoh nasional, tokoh bangsa. Itu tidak bisa dihilangkan,” kata Ronald saat dihubungi, Rabu, 25 Juni 2025.
Sejak 13 Mei lalu, PSI resmi membuka pendaftaran calon Ketua Umum. Hingga Senin, 23 Juni 2025 terdapat tiga nama yang mendaftar. Ketiganya adalah Ronal Aristone Sinaga, Kaesang Pangarep, dan Agus Mulyono Herlambang.
Rangkaian tahapan pemilihan raya PSI akan bermuara pada Kongres partai yang direncanakan dihelat di Solo, Jawa Tengah pada 19-20 Juli 2025.
Direktur Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengatakan tak memungkiri apabila PSI memerlukan ketokohan Jokowi sebagai magnet pemilih. Alasannya, Jokowi dapat memberikan dampak elektoral pada partai di kontestasi elektoral.
“PSI butuh ketokohan, dan Pak Jokowi punya magnet figur yang kuat,” kata Agung, Rabu, 25 Juni 2025.
Dasco Bilang DPR Hati-hati Sikapi Usulan Pemakzulan Gibran
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, pimpinan DPR belum menerima surat yang disampaikan FPP TNI ihwal pemakzulan Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka. Surat FPP TNI dikirimkan ke DPR pada 2 Juni 2025.
Dalam suratnya, FPP TNI menyampaikan 8 sikap politik yang salah satunya mengusulkan DPR dan MPR untuk memakzulkan Gibran. Alasannya, Gibran dianggap tak laik karena melakukan pelanggaran hukum di Mahkamah Konstitusi pada proses pencalonannya.
“Kami mesti sikapi hati-hati dan kami akan kaji dengan cermat sebelum kemudian ada hal yang diambil oleh DPR,” kata Dasco, 24 Juni 2025.
Francisca Christy Rosana, Eka Yudha Saputra, dan Dian Rahma Fika Alnina berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Kemendagri: Putusan MK Pengaruhi Banyak Aspek Pemilu