Logo

Strategi Manajemen Risiko Hutama Karya dalam Proyek Jalan Tol Trans Sumatera


INFO BISNIS – Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera atau JTTS merupakan salah satu inisiatif strategis nasional oleh Pemerintah yang telah menunjukkan kontribusi nyata dalam memperkuat konektivitas antarwilayah di Pulau Sumatera. Proyek tersebut dilaksanakan oleh PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian disempurnakan melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2024 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Proyek ini tidak hanya menjadi tulang punggung infrastruktur transportasi, tetapi juga motor penggerak pertumbuhan ekonomi kawasan.
 
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan, pembangunan infrastruktur bukan semata-mata proyek fisik, tetapi bagian integral dari sistem ketahanan nasional. “Setiap ruas tol harus mampu membuka potensi ekonomi baru serta berperan dalam memperkuat ekosistem logistik nasional,” kata Agus Harimurti dalam pembukaan discussion board Global Convention on Infrastructure (ICI) 2025 yang berlangsung di Jakarta Global Conference Middle (JICC) pada Rabu–Kamis, 11–12 Juni 2025.

Government Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim mengatakan pernyataan ini sejalan dengan semangat pembangunan JTTS, yang secara nyata membuktikan bahwa infrastruktur menciptakan dampak sosial ekonomi dimensi yang lebih luas dari sekadar konektivitas. “Keberadaan JTTS mampu menurunkan waktu tempuh, menekan biaya logistik, mempercepat distribusi hasil pertanian dan industri, hingga meningkatkan pendapatan masyarakat di berbagai wilayah hingga 70 persen,” jelas Adjib.  
 
Hanya saja, seperti pada pelaksanaan proyek berskala besar lainnya, pembangunan JTTS tidak terlepas dari berbagai tantangan. Di antaranya, dinamika pembebasan lahan, dan proses administratif yang kompleks seperti penerbitan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Semua tanangan itu memerlukan koordinasi lintas lembaga dan memakan waktu yang tidak singkat.  
 
Ketika terjadi deviasi dari jadwal semula, konsekuensinya tidak hanya berdampak pada jadwal konstruksi, namun juga struktur biaya, beban bunga, dan kelangsungan arus kas proyek. Dalam menyikapi kondisi tersebut, Hutama Karya memperkuat pendekatan manajemen risiko untuk memastikan proyek tetap berada dalam batas kelayakan investasi dan tidak membebani keberlangsungan keuangan perusahaan. 
 
Berbagai strategi manajemen risiko yang telah diimplementasikan, misalkan penyesuaian masa konsesi sebagai respons atas kebutuhan waktu pengembalian investasi, serta penguatan struktur pendanaan melalui kombinasi berbagai instrumen keuangan termasuk Penyertaan Modal Negara (PMN), obligasi, pinjaman perbankan, dan dukungan pemerintah lainnya.  

Untuk menjaga efisiensi fiskal dan menekan risiko pembiayaan jangka panjang, Hutama Karya juga telah menerapkan skema inovatif seperti Pembayaran Berkala Berbasis Layanan (PBBL). Skema ini memberikan kepada badan usaha kepastian pembayaran berdasarkan kinerja, sehingga mengurangi eksposur terhadap risiko ketidakcapaian kelayakan lalu lintas harian dan menciptakan efisiensi pada sisi anggaran pemerintah. 

Pada sisi operasional, Hutama Karya telah mengadopsi teknologi virtual untuk pemantauan progres konstruksi secara real-time dan mempercepat penyelesaian pekerjaan. Seluruh pendekatan tersebut merupakan bagian dari langkah mitigasi yang dirancang untuk menjaga kesinambungan proyek dan ketepatan waktu penyelesaian maupun ketetapan anggaran yang telah ditetapkan.  
 
“Untuk mewujudkan tata kelola yang baik, perusahaan juga secara konsisten menyusun kajian risiko pada setiap ruas jalan tol,” kata Adjib Al Hakim. “Kajian tersebut melibatkan analisis sensitivitas biaya, evaluasi dampak keterlambatan, serta studi kelayakan keuangan yang komprehensif. Hasil dari kajian ini menjadi landasan pengambilan keputusan strategis, sehingga perusahaan dapat bertindak secara tetap, cepat, akurat serta akuntabel dan berbasis knowledge dalam menghadapi dinamika proyek di lapangan.” 
 
Hutama Karya akan terus memperkuat manajemen risiko yang responsif terutama terhadap perubahan eksternal: politik, ekonomi (fluktuasi suku bunga, volatilitas harga subject matter konstruksi, serta kebijakan fiskal nasional) serta penerapan pressure trying out dan perencanaan skenario secara berkala akan menjadi praktik standar untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi perubahan eksternal yang menantang. 
 
Melalui langkah-langkah ini, pembangunan JTTS tidak hanya akan menjadi jaringan penghubung antarwilayah, tetapi juga pengungkit pertumbuhan ekonomi regional, penopang daya saing nasional, dan simbol komitmen bersama dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan. Implementasi manajemen risiko yang kokoh menjadi fondasi utama untuk mewujudkan tujuan besar tersebut secara efektif dan bertanggung jawab. 
 
Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun JTTS sepanjang sekitar 1.235 kilometer, termasuk ruas yang beroperasi maupun dalam tahap konstruksi. 

Ruas tol yang telah beroperasi penuh, yakni:

  • Tol Bakauheni – Terbanggi Besar sepanjang 140 km
  • Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung sepanjang 189 km
  • Tol Palembang – Indralaya sepanjang 22 km
  • Tol Indralaya – Prabumulih sepanjang 64 km
  • Tol Betung – Jambi Seksi 3 (Bayung Lencir – Tempino) sepanjang 33,6 km
  • Tol Bengkulu – Taba Penanjung sepanjang 16,725 km
  • Tol Pekanbaru – Dumai sepanjang 132 km
  • Tol Medan – Binjai sepanjang 17 km
  • Tol Binjai – Langsa Seksi Binjai – Pangkalan Brandan sepanjang 58 km
  • Tol Pekanbaru – XIII Koto Kampar sepanjang 55,4 km
  • Tol Padang – Sicincin sepanjang 35,45 km
  • Tol Indrapura – Kisaran sepanjang 48 km
  • Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Sinaksak sepanjang 91 km
  • Tol Sigli Banda Aceh Seksi 2-6 sepanjang 49 km

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *