Kontingen Besar RI di Hari Bastille, Pengamat Singgung Kebijakan Efisiensi Prabowo
TEMPO.CO, Jakarta – Peneliti Institute of Southeast Asian Research Yusof Ishak Institute Made Supriatma mengatakan efisiensi anggaran tidak berlaku bagi ranah kemiliteran. Pernyataan ini merespons Indonesia yang mengirim ratusan personel untuk defile di Hari Bastille, Paris, Prancis, 14 Juli 2025.
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya memerintahkan kementerian/lembaga dan kepala daerah untuk melakukan efisiensi anggaran. Perintah ini dituangkan lewat Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025 pada 22 Januari 2025.
“Itu harga patriotisme yang harus kita bayar. Banyak yang bertanya-tanya karena kita sedang mengadakan efisiensi. Namun, efisiensi tidak mengenai dunia militer dan kemiliteran,” kata Made Supriatma kepada Pace, 16 Juli 2025.
Made Supriatma mengatakan selalu ada loophole atau celah untuk membenarkan anggaran di sektor militer. Ia mendengar diskusi bahwa rombongan besar defile Bastille bertujuan memperkuat cushy energy Indonesia.
“Ada yang mengatakan ini upaya memperkenalkan Indonesia di pentas dunia. Apa bedanya dengan duta kesenian yang melanglang buana, misalnya,” kata dia.
Made Supriatna mengatakan upaya pengetatan anggaran seakan tak berlaku untuk urusan militer.
“Sepertinya ada standar ganda. Kalau untuk militer, semua tersedia. Tapi untuk keperluan sipil, ada pengetatan,” katanya. “Bahkan duta besar di Amerika Serikat saja kosong berbulan-bulan. Padahal kita sedang bernegosiasi dengan buying and selling spouse yang penting.”
Presiden Prabowo Subianto menghadiri 14 July sebagai tamu kehormatan di Paris, Prancis, Senin, 14 Juli 2025. Ia duduk di satu panggung dengan Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron di Jalan Champs Elysées, Paris.
Bukan hanya mengundang Prabowo, Macron juga mengundang militer Indonesia tampil dalam parade militer di Paris.
Parade militer dimulai dengan aksi 17 pesawat militer Prancis. Belasan pesawat itu mengeluarkan asap berwarna biru putih merah yang menandakan Bendera Prancis. Setelah itu sejumlah pesawat militer Prancis bergantian melakukan aksinya.
Di bawah pesawat militer, Kontingen Indonesia yang tergabung dalam Satgas Patriot II sudah mulai memasuki Jalan Champs Elysées, Paris. Sebanyak 500 orang tampil di barisan pertama dalam parade militer itu.
Kontingen Indonesia terdiri atas beberapa pleton. Pleton pertama merupakan pasukan marching band yang berjalan lebih dahulu. Pasukan marching band mengenakan setelan baju dengan dominan berwarna biru tua. Ada juga yang mengenakan baju dominan merah. Mereka membawa sejumlah alat musik seperti drum bass dan terompet. Mereka mengibarkan bendera Indonesia dan Prancis. Pasukan marching band memainkan musik ‘Maju Tak Gentar’ karya Cornel Simanjuntak selama parade dilakukan.
Di tengah pasukan marching band, terdapat pasukan dengan seragam militer bercorak loreng. Mereka mengenakan berbagai macam helm dengan boneka kepala hewan sambil memainkan drum bass. Kepala hewan itu yakni macan, macan tutul, ikan hiu, elang, dan walrus. Hewan-hewan itu merupakan simbol dari matra angkatan darat, udara, dan laut.
Kontingen Satgas Patriot II terdiri dari 451 personel gabungan TNI dan taruna dari Akademi TNI, yang meliputi Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, dan Akademi Angkatan Udara, serta Akademi Kepolisian. Dari jumlah tersebut, sebanyak 262 personel merupakan pasukan upacara dari tiga matra TNI, sementara 189 lainnya merupakan anggota pasukan drumband gabungan taruna dari keempat akademi tersebut.
Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Tanpa Urgensi Membahas RUU BPIP