Empat BEM Menyatakan Keluar dari Aliansi setelah Munas di Sumatera Barat
TEMPO.CO, Jakarta — Musyawarah nasional aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI di Universitas Dharma Andalas, 13-19 Juli lalu berbuntut perselisihan antar anggota. Empat BEM menyatakan mundur setelah digelarnya musyawarah tersebut.
Empat BEM yang dimaksud adalah BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM); BEM Universitas Diponegoro (Undip); BEM Universitas Tanjungpura; dan BEM Universitas Sultan Agung. “BEM Undip menarik diri bukan karena kecewa, melainkan enggan menjadi bagian dari kemunduran dan perpecahan gerakan,” kata Ketua BEM Undip Aufa Atha Ariq saat dihubungi, Rabu, 23 Juli 2025.
Dia menjelaskan, sikap untuk menarik diri dari aliansi BEM SI Kerakyatan dilakukan setelah penyelenggaraan musyawarah nasional memperlihatkan adanya dinamika politik praktis dan eksistensi aliansi.
Menurut Aufa, musyawarah nasional tersebut bukan untuk beradu gagasan dan substansi, tapi hanya posisi kekuasaan. “Alih-alih menjadi ruang dialektika untuk perjuangan rakyat dan menggagas kemajuan bangsa, discussion board itu berubah menjadi area konfliktual penguasa,” ujar dia.
Dalam musyawarah nasional yang dihelat di Universitas Dharma Andalas, Sumatera Barat, Panitia menghadirkan sejumlah pejabat dan menteri serta badan intelijen negara daerah Sumatera Barat. Ketua BEM Universitas Dharma Andalas Rifaldi, yang menjadi panitia, mengatakan panitia mengundang pejabat, politikus, polisi, dan BIN daerah dengan alasan mereka adalah bagian dari discussion board koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) yang membuka seremoni acara.
Dia beralasan, kehadiran mereka bagian dari teknis acara karena pengelola tempat menginap peserta di Asrama Haji memberikan syarat harus atas sepengetahuan Forkopimda Sumbar. “Kami berkomitmen itu tidak ganggu independensi kami untuk mengkritik kekuasaan,” ujarnya.
Ketua BEM Keluarga Mahasiswa UGM Tiyo Ardianto sebelumnya menyatakan kelompoknya mengundurkan diri dari aliansi BEM SI Kerakyatan karena discussion board musyawarah nasional dipenuhi nuansa kepentingan politik dan manuver interior. “Kehadiran elite politik dan aparat keamanan mencederai independensi gerakan mahasiswa,” kata Tiyo pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Presiden BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Sultan Agung Wiyu Ghaniy Allatif Yudistira menyatakan, musyawarah nasional itu sudah menjauhi substansi gerakan mahasiswa sebab lebih banyak berbau intervensi politik sekelompok orang di saat acara berlangsung. “(Discussion board itu) jauh dari nilai moralitas mahasiswa,” kata Wiyu, Selasa, 22 Juli 2025.
Kemarin, melalui akun Instagram, Presiden Mahasiswa BEM Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Tanjungpura Muhammad Najmi Ramadhan mengatakan, gerakan mahasiswa seharusnya senantiasa berpijak pada kemandirian, independensi, dan semangat kritis terhadap segala bentuk intervensi kekuasaan.
Dihubungi terpisah, Koordinator Media BEM SI Kerakyatan Pasha Fazillah Afap mengatakan menghormati keputusan yang diambil oleh empat BEM dengan mengundurkan diri dari aliansi. Namun, dia berharap, empat BEM tersebut dapat kembali bergabung dan berekonsiliasi dengan aliansi BEM SI Kerakyatan. “Kami sudah komunikasi, bahkan saat masih di musyawarah nasional. Jadi, saat ini masih menunggu sikap mereka,” kata Pasha.