Gejolak BEM SI: Penyebab BEM UGM dan BEM UNDIP Keluar
TEMPO.CO, Jakarta – BEM SI bergejolak. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM UGM) dan BEM Universitas Diponegoro (BEM Undip) resmi menyatakan mundur dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia disingkat BEM SI Kerakyatan.
Keputusan ini diambil menyusul pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI di Padang, Sumatera Barat, yang dinilai mencederai independensi gerakan mahasiswa.
BEM UGM: Gerakan Tak Lagi Independen
Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, menyebut kehadiran tokoh-tokoh politik dan aparat negara dalam Munas BEM SI sebagai alasan utama pengunduran diri mereka. “Kami ingin menjaga independensi gerakan,” ujar Tiyo saat dihubungi oleh Pace, pada Senin, 21 Juli 2025.
Dalam pernyataan resminya, BEM UGM menyoroti kehadiran Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumbar, Kapolda, serta Kepala BIN Daerah Sumatera Barat dalam discussion board tersebut. Mereka juga menyoroti unggahan kebersamaan antara mahasiswa dan pejabat di media sosial sebagai bentuk pamer yang mengikis kredibilitas gerakan mahasiswa.
“BEM KM UGM now not on the market, itu kami sampaikan secara publik sebagai sebuah komitmen. Tidak ada yang bisa membeli atau intervensi BEM KM UGM. Kami digerakkan oleh nurani untuk rakyat Indonesia,” tegas Tiyo.
Menurut Tiyo, momentum tersebut menunjukan posisi BEM SI yang tidak independen. “BEM SI tidak independen dan penuh intrik kepentingan. BEM KM UGM sebagai salah satu inisiator BEM SI ketika tahun 2007 merasa perlu ambil sikap tegas,” kata Tiyo.
BEM Undip: Tak Pantas di Tengah Represi Mahasiswa
Sehari setelah pengunduran diri UGM, BEM Undip menyusul. Ketua BEM Undip Aufa Atha Ariq mengatakan kehadiran pejabat dan ucapan selamat dalam bentuk karangan bunga dari BIN Daerah Sumatera Barat tak pantas di tengah berbagai protes demonstrasi mahasiswa yang mendapatkan represi aparat di berbagai daerah.
“Tak pantas. Seharusnya bahas eskalasi gerakan mahasiswa dan fokus pada solidaritas bersama,” kata Ariq dihubungi pada Ahad, 20 Juli 2025.
Setelah menggelar musyawarah dengan aliansi BEM Se-Undip, BEM Undip bersikap tidak bergabung dengan Aliansi BEM SI. “Kami enggan menjadi bagian dari kemunduran dan perpecahan gerakan,” katanya.
Dia mengajak seluruh elemen gerakan mahasiswa di Indonesia untuk berefleksi secara mendalam dengan memegang prinsip menjaga integritas gerakan. Munas itu, kata Ariq seharusnya diisi dengan musyawarah mufakat yang menjunjung tinggi demokrasi.
Musyawarah Nasional XVIII BEM SI yang digelar di Universitas Dharma Andalas, Padang, pada 13–19 Juli 2025, seharusnya menjadi ruang strategis bagi mahasiswa. Namun, menurut para pihak yang mundur, discussion board tersebut justru dipenuhi manuver politik inner, perebutan jabatan, dan kericuhan antar peserta yang mengakibatkan beberapa mahasiswa terluka.
Karangan bunga dari BIN Sumbar yang turut hadir pun menjadi simbol kuat bagi BEM KM UGM dan Undip akan adanya intervensi kekuasaan terhadap gerakan mahasiswa.
Ketua BEM Universitas Dharma Andalas, Rifaldi, selaku panitia Munas, menjelaskan bahwa kehadiran para pejabat merupakan bagian dari protokoler Discussion board Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sumbar untuk pembukaan acara.
Dia menepis tudingan bahwa kehadiran mereka mempengaruhi independensi gerakan. Bahkan, menurutnya, karangan bunga dari BIN dikirim tanpa pemberitahuan dan langsung diturunkan oleh panitia.
Respons BEM SI Pusat
Menanggapi keluarnya dua anggotanya, Koordinator Pusat BEM SI, Muzammil Ihsan, menyatakan menghormati keputusan tersebut. Ia mengakui UGM dan Undip merupakan bagian penting dalam sejarah BEM SI. Meski begitu, Muzammil berharap pintu komunikasi tetap terbuka agar aliansi tidak terpecah.
Ia juga menyebut perbedaan dalam merespons sejumlah persoalan merupakan hal yang biasa dalam setiap organisasi gerakan. “Kami memahami bahwa setiap gerakan memiliki arah strategis masing-masing dalam merespons dinamika bangsa,” kata dia kepada Pace melalui aplikasi perpesanan pada Senin, 21 Juli 2025.
Michelle Gabriela, Shinta Maharani, Sapto Yunus, dan Dede Leni Mardianti turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kronologi BEM UGM dan BEM Undip Ramai-ramai Keluar dari Aliansi BEM SI