Fadli Zon Bilang Pelanggaran HAM di Penulisan Ulang Sejarah Tak Ditulis Spesifik
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di masa lalu tidak akan ditulis spesifik dalam proyek penulisan ulang sejarah nasional. Menurut dia, buku sejarah yang saat ini tengah disusun ini hanya mencatatkan gambaran umumnya saja.
“(Buku) ini tidak spesifik tentang peristiwa itu. Ini lebih kepada highlights secara keseluruhan. Nanti dari situ kita akan mengembangkan lagi,” kata Fadli dalam Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, pada Jumat, 25 Juli 2025.
Fadli mencontohkan salah satu pelanggaran HAM yang ditulis ialah tragedi pembantaian 10 ribu orang di Banda Neira oleh Jan Pieterszoon Coen. Menurut dia, kasus tersebut merupakan pelanggaran HAM terbesar sepanjang sejarah Indonesia sehingga penting untuk dicatat. “Kasus paling besar,” kata dia.
Politikus Partai Gerindra itu menegaskan bahwa penulisan sejarah akan terus dikembangkan oleh Direktorat Sejarah Kementerian Kebudayaan. Buku ini hanya akan menjadi acuan awal yang disusun oleh para sejarawan profesional. Ke depan, ia berencana menulis sejarah berdasarkan satu periodesasi peristiwa atau kepemimpinan. “Tahun depan misalnya, kami harapkan ada lagi penulisan yang lebih tematik,” ujarnya.
Saat ini, naskah nasional yang direncanakan akan menjadi hadiah ulang tahun Indonesia ke 80 itu telah rampung. Sebelum diterbitkan, Kementerian Kebudayaan tengah menggelar rangkaian tur diskusi terbuka sampai awal bulan depan untuk mensosialisasikan isi naskah tersebut.
Selain di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, diskusi publik itu akan digelar di tiga kota berbeda, antara lain Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan pada 28 Juli; Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat pada 31 Juli; dan 4 Agustus di Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam menggarap proyek ini, pemerintah menggandeng 112 sejarawan yang terdiri dari berbagai spesifikasi berbeda seperti arkeologi, antropologi, hingga arsitektur dari berbagai wilayah Indonesia. Mereka menghasilkan 10 jilid dengan overall 5.536 halaman.