Puluhan Siswa SMP di Kupang Diduga Keracunan Makanan MBG, Ini Detailnya
TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, sembilan siswa dirawat dari sekitar 100 orang yang diduga keracunan makanan bergizi free of charge disingkat MBG di SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa pagi, 22 Juli 2025. “Sembilan orang dirawat,” kata Dadan kepada Pace, Rabu, 23 Juli 2025.
Menurut Dadan, mereka mengeluhkan gejala keracunan pada Selasa pagi, 22 Juli 2025, sehari setelah mengkonsumsi MBG. SMPN 8 Kota Kupang menerima 1.050 porsi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sekolah ini adalah satu dari delapan kelompok penerima manfaat MBG yang didistribusikan SPPG Kelapa Lima 1.
Delapan kelompok penerima manfaat MBG dari SPPG Kelapa Lima 1, antara lain SDI Oesapa Kecil, SDN Oesapa Kecil, SMPN 5, SMPN Terbuka, SMPN 8, SMPN 21, Sekolah Luar Biasa Asuhan Kasih, dan kader posyandu. “Sedang diinvestigasi penyebabnya. Sedang diinvestigasi. BPOM sudah mengambil sampel makanan Senin yang disimpan di SPPG untuk pengecekan,” ujar Dadan.
Puluhan siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendadak dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD SK Lerik, Selasa pagi, 22 Juli 2025. Para siswa yang mengeluh sakit perut diduga mengalami keracunan makanan seusai mengonsumsi MBG yang dibagikan pada Senin, 21 Juli 2025.
Menu makanan MBG untuk SMPN 8 Kupang pada Juli 2025 didistribusikan SPPG Kelapa Lima 1 dengan 1.050 penerima manfaat. SPPG Kelapa Lima 1 setidaknya menyediakan menu MBG untuk siswa di tujuh sekolah dan para kader di satu posyandu dengan general 3.374 penerima manfaat.
Guru piket SMP 8 Kupang, Brigina, mengatakan gejala awal mulai terlihat saat proses belajar mengajar pagi berlangsung. Banyak siswa dari kelas VII hingga IX mengeluh mual, muntah, dan bolak-balik ke kamar mandi. Mereka sempat ditangani di Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Namun, karena jumlah yang terdampak sangat banyak, sekolah terpaksa merujuk para siswa ke rumah sakit.
“Awalnya mereka ditangani di UKS, tapi karena jumlahnya terlalu banyak, kami bawa ke RSUD SK Lerik untuk kloter pertama, sisanya dibawa ke RS lain seperti RS Siloam,” kata Brigina.
Brigina mengungkapkan sejumlah siswa sudah mengeluhkan rasa tidak nyaman sejak malam sebelumnya. Gejala seperti mual, sakit perut, dan diare mulai dirasakan setelah makan siang MBG yang terdiri dari lauk rendang, sayur kacang panjang campur wortel, tahu, dan pisang pada Senin pagi.
Pihak sekolah dan Dinas Kesehatan Kota Kupang masih melakukan penelusuran penyebab pasti kejadian ini.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Kupang Christian Widodo menyatakan hal terpenting saat ini adalah keselamatan para murid. “Jangan dulu sibuk mencari siapa salah, siapa benar, sementara anak-anak sedang butuh pertolongan medis. Mereka butuh infus, butuh stabilisasi. Itu yang paling penting saat ini,” kata Christian di Kupang, pada Rabu, 23 Juli 2025, seperti dikutip dari Antara.
Ia bersama jajaran Forkopimda telah meninjau para siswa di sejumlah rumah sakit tersebut. Christian menekankan penanganan medis dan pemulihan harus berjalan optimum terlebih dahulu, baru dilakukan evaluasi secara menyeluruh.
Adapun soal sumber makanan yang dikonsumsi dan diduga jadi sumber keracunan, Christian mengakui belum menerima laporan resmi. Yang pasti, ia akan segera meminta knowledge lengkap dan bila perlu memanggil pihak-pihak terkait untuk melakukan klarifikasi dan evaluasi.
“Kita tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa penyebabnya dari sayur, daging, atau nasi. Semuanya harus melalui proses pemeriksaan medis dan laboratorium terlebih dahulu,” ucap Christian. “Diagnosa dokter menjadi dasar utama untuk tindak lanjut selanjutnya.”
Eka Yudha Saputra, Antara, dan Yohanes Web optimization berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: 7 PSN Baru Prabowo: Makan Bergizi hingga Pengolahan Sampah