TPNPB-OPM Tunda Proposal Pembebasan Pilot Susi Air yang Disandera


TEMPO.CO, Jakarta – Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengatakan kelompoknya menunda proposal pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens. Dia menyebut penyebab penundaan rencana pembebasan Philip lantaran adanya pembunuhan pilot asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning pada 5 Agustus lalu.

Berdasarkan keterangan Satgas Damai Cartenz, pilot helikopter itu tewas usai ditembak oleh kelompok OPM. Panglima Komando Operasi Gabungan Wilayah Pertahanan atau Pangkogabwilhan III Letnan Jenderal Richard Tampubolon menyebut, kelompok kiriminal bersenjata itu melarikan diri ke arah Nduga, Papua Pegunungan setelah melakukan pembunuhan.

Belakangan Markas Pusat TPNPB-OPM membantah jika kelompoknya disebut sebagai aktor pembunuhan Glen Malcolm. Sebby mengklaim, pembunuhan pilot asal Selandia Baru itu dilakukan oleh militer Indonesia melalu proksi kelompok barisan merah putih, di bawah pimpinan Lenis Kogoya.

“Jadi tentang pilot (Philip), kami rencana goal bulan ini atau bulan depan membebaskan,” kata Sebby saat dihubungi Pace, Senin, 12 Agustus 2024.

Namun, menurut Sebby, kelompoknya bakal menyiapkan strategi lain ihwal pembebasan Philip. Pilot Susi Air itu telah disandera kelompok pimpinan Egianus Kogoya sejak awal Februari 2023.

Dia mengatakan, dalam waktu dekat, para pemangku kepentingan TPNPB-OPM akan melakukan rapat. Time table rapat itu membahas strategi rencana pembebasan Philip usai insiden pembunuhan pilot Glen.

Menurut Sebby, saat ini kelompoknya masih disibukkan dengan kasus pembunuhan pilot Glen Malcolm. Ia mengklaim, tudingan yang diarahkan ke kelompoknya itu memecah fokus dalam rencana membebaskan pilot Susi Air tersebut.

“Maka proposal belum kami umumkan. Nanti minggu ini atau minggu depan akan ada rapat lagi,” kata Sebby. Dari hasil rapat itu, ujarnya, TPNPB-OPM akan mengumumkan proposal pembebasan Philip.

Pernyataan Sebby berbeda dari keterangan awalnya. Sebelumnya, Sebby mengatakan pilot asal Selandia Baru itu ditengarai sebagai mata-mata. “Kami anggap dia mata-mata untuk memantau pertahanan TPNPB di Mimika,” ujar Sebby saat dihubungi pada Senin, 5 Agustus 2024.

Dia mengungkapkan, Distrik Alama merupakan wilayah konflik bersenjata. Ia menegaskan, kelompoknya juga telah melarang pesawat, pembangunan, dan aktivitas lain masuk ke wilayah tersebut.

Iklan

Larangan tersebut untuk menghindari militer Indonesia memasok logistik dan pasukan di wilayah tersebut. “Tapi karena kepala batu (keras kepala), ya itu risiko tanggung sendiri,” ujarnya. 

Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Damai Cartenz 2024, Komisaris Besar Bayu Suseno, membantah klaim Sebby Sambom yang menolak pembunuhan dilakukan OPM. Menurut dia, Sebby tidak memiliki pengetahuan dasar perihal hukum humaniter.

“KKB sering melakukan pembenaran atas kejahatan mereka,” katanya lewat keterangan tertulis pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Bayu menepis tudingan Sebby karena pihak Satgas Damai Cartenz telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara, dan pemeriksaan saksi di lapangan udara Distrik Alama. “KKB justru menuduh pemerintah dan pihak militer sebagai pelaku pembunuhan pilot tersebut,” kata dia.

Menurut Bayu, sudah banyak warga sipil yang dibunuh oleh KKB, mulai dari warga pendatang hingga orang asli papua (OAP) yang bekerja sebagai tenaga kesehatan, guru, tukang ojek. “Yang terakhir adalah pilot asal Selandia Baru tersebut,” ujar perwira menengah Polri itu.

Saat dikonfirmasi Pace, Kepala Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani, mengatakan belum memastikan siapa kelompok yang membunuh Glen. “Masih dalam penyelidikan,” kata dia.

Eka Yudha dan Advist Khoirunnikmah berkontribusi dalam penulisaan artikel ini

Pilihan Editor: TPNPB-OPM Sebut Pembunuhan Glen Malcolm Conning Ganggu Rencana Pembebasan Pilot Susi Air

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *