Negara Ini Larang Pemakaian Telepon Seluler di Sekolah
TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melarang siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) membawa telepon genggam ke sekolah. Larangan ini sudah berlaku di negara-negara lain.
Dilansir dari Antara, sejumlah negara Eropa melarang pemakaian telepon seluler (ponsel) di sekolah untuk mengurangi kasus perundungan dan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Berikut beberapa negara yang melarang penggunaan telepon genggam di sekolah.
Pemerintah Belanda telah memperluas larangan pemakaian ponsel cerdas dari tingkat sekolah dasar ke sekolah menengah. Pemerintah Belanda khawatir ponsel cerdas bisa mengganggu siswa dan berdampak negatif pada hasil ujian namun dilakukan pengecualian untuk tujuan pendidikan, alasan kesehatan, atau cacat fisik.
Sekolah-sekolah di Belgia yang menggunakan bahasa Prancis turut melarang pemakaian telepon genggam pada awal tahun ajaran 2024-2025. Kebijakan ini diambil sebagai respon terhadap kasus siswa yang menggunakan ponsel cerdas untuk mengambil dan berbagi foto teman-temannya di media sosial yang menyebabkan peningkatan kasus pelecehan.
Pemerintah Prancis menerapkan kebijakan jeda sejenak dari penggunaan machine bagi siswa yang berusia di bawah 15 tahun. Kebijakan “Pause numerique” sudah dilakukan sejak 2018 yang mewajibkan siswa menyerahkan ponsel saat tiba di sekolah. Kementerian pendidikan negara Prancis berencana memperluas larangan tersebut secara nasional pada 2025 ketika tujuan eksperimen ini berhasil. Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatkan iklim sekolah, mengurangi kekerasan dan pelecehan bold, meningkatkan konsentrasi dan kinerja siswa, serta meningkatkan kesadaran penggunaan perangkat virtual secara rasional.
Sebagai negara yang telah lama dikenal dengan standar akademisnya yang luar biasa, beberapa sekolah mulai kembali menggunakan buku, pensil, dan kertas, menggantikan perangkat virtual yang dianggap mengganggu. Guru dan siswa di Finlandia melaporkan adanya peningkatan fokus dan kemudahan belajar tanpa perangkat virtual, termasuk manfaat seperti membaca lebih cepat dan tidur lebih baik.
Yayasan Ormiston Academies di Inggris melarang penggunaan ponsel bagi 35.000 murid di 42 sekolah untuk mengatasi dampak negatif waktu layar pada kesehatan psychological dan terbukti berhasil serta didukung oleh siswa dan para orang tua. CEO Ormiston, Tom Rees menekankan pentingnya perhatian dalam belajar dan menyebut ponsel sebagai gangguan besar.
Selain 5 negara tersebut, di negara-negara Eropa lain seperti Jerman, Polandia, Denmark, Portugal, dan Kroasia sekolahnya memiliki otonomi untuk menetapkan sendiri kebijakan soal ponsel. Adanya otonomi penentuan kebijakan sendiri, banyak sekolah di negara-negara tersebut memilih membatasi penggunaan ponsel agar institusi pendidikannya tetap fokus dengan tugasnya.
Larangan membawa telepon genggam ke sekolah ini menambah sederet larangan yang diumumkan Dedi Mulyadi pada sekolah dan siswa. Sebelumnya ia melarang perayaan wisuda serta perjalanan wisata siswa sekolah di Jawa Barat di luar Tanah Padjadjaran.
Ahmad Fikri dan Sukma Kanthi Nurani berkontribusi dalam artikel ini.
Pilihan Editor: Komunikasi Pejabat Lewat Konten