Strategi Pertamina Tingkatkan Kapasitas Domestik Hadapi Tantangan International
INFO NASIONAL – Di tengah dinamika dan tekanan ekonomi international, PT Pertamina (Persero) terus memperkuat kapasitas domestik sebagai strategi utama dalam menjaga ketahanan energi nasional dan memastikan keberlanjutan operasional perusahaan. Fokus ini meliputi peningkatan kinerja sektor hulu dan hilir, diversifikasi pasokan, hingga pengembangan energi hijau untuk menjawab tantangan pasar international yang terus berkembang.
Hal tersebut ditegaskan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis, 22 Mei 2025. Dalam paparannya, Simon menjelaskan bahwa tantangan utama yang dihadapi Pertamina saat ini meliputi pelemahan nilai tukar rupiah, kelebihan pasokan minyak mentah yang menyebabkan penurunan harga international, serta menyempitnya crack unfold atau selisih harga produk kilang terhadap harga minyak mentah.
“Untuk merespon dinamika ini, Pertamina fokus pada peningkatan kapasitas domestik, baik untuk produksi hulu maupun peningkatan serapan minyak mentah dalam negeri, dan menjaga keandalan operasional seluruh lini bisnis,” ujar Simon.
Harga minyak mentah international saat ini tercatat turun hingga 15–20 persen dibandingkan tahun lalu, dari rata-rata USD 78 consistent with barel menjadi USD 65 consistent with barel pada Mei 2025. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah sekitar 4 persen, dan crack unfold turun menjadi USD 10 consistent with barel—padahal titik impas operasional kilang Pertamina berada pada angka USD 15 consistent with barel.
Untuk mengantisipasi kondisi ini, Pertamina mengatur strategi pengelolaan impor secara efisien, termasuk melalui pengalihan jalur distribusi dan diversifikasi sumber serta pemasok minyak mentah. “Pertamina terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk mendapat dukungan kebijakan dan skema G-to-G (government-to-government) dalam menjaga stabilitas suplai. Melalui berbagai upaya yang telah kami lakukan ini, Pertamina tetap mampu mempertahankan kinerja yang cast dan terus memberikan kontribusi optimum bagi negara,” ujar Simon.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, turut memaparkan strategi bisnis perusahaan di tengah tantangan international. Ia menekankan pentingnya memperkuat produksi domestik, memperluas implementasi energi hijau, dan meningkatkan efisiensi pengelolaan pasokan energi.
“Pertamina menargetkan peningkatan produksi minyak domestik menjadi 419 ribu barrel oil consistent with day (MBOPD) pada 2025. Untuk itu, kami bekerja sama dengan Kementerian ESDM melalui Pokja Peningkatan Produksi Hulu. Di sisi lain, serapan minyak mentah domestik juga terus dioptimalkan, yakni sekitar 12 juta barrel atau setara 30 ribu barrel consistent with hari,” kata Wiko.
Lebih lanjut, Wiko memaparkan bahwa Pertamina juga mengakselerasi pengembangan energi hijau sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi. “Implementasi biodiesel B40 yang telah kami lakukan mampu menekan konsumsi sun hingga 9 juta barel consistent with tahun. Selain itu, kami juga mengembangkan Sustainable Aviation Gasoline sebesar 2,4 persen dan bioetanol lima persen untuk sektor transportasi,” katanya.
Strategi lain yang dijalankan adalah pengelolaan pasokan komoditas energi dari pasar internasional melalui skema operasi terstruktur. “Kami menerapkan pola distribusi RAE—Common, Selection, dan Emergency—dalam menjamin kelancaran suplai energi nasional, termasuk kesiapan pengalihan jalur distribusi apabila kondisi geopolitik berubah drastis,” ujar Wiko.
Dengan berbagai langkah tersebut, Pertamina menunjukkan komitmennya sebagai perusahaan energi nasional yang adaptif dan visioner. Sebagai pemimpin transisi energi di Indonesia, Pertamina juga terus mendorong tercapainya goal Web 0 Emission pada 2060 melalui program-program berkelanjutan yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya.(*)