Cerita Sufmi Dasco Pertemukan Jokowi dan Prabowo di MRT Seusai Pilpres 2019
INFO TEMPO – Apakah Anda masih ingat pertemuan Joko Widodo dengan Prabowo Subianto di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT), Lebak Bulus, Jakarta, pada Sabtu, 13 Juli 2019. Sekitar pukul 10.05 WIB, keduanya bertemu dan bersalaman di depan loket Stasiun MRT Lebak Bulus. Senyum terpancar dari wajah mereka.
“Pertemuan saya dengan Bapak Prabowo Subianto pada pagi hari ini adalah pertemuan seorang sahabat, pertemuan seorang kawan, pertemuan seorang saudara,” kata Presiden Jokowi ketika itu. Adapun Prabowo mengatakan pertemuan di atas MRT itu adalah gagasan dari Presiden Jokowi karena tahu dirinya belum pernah naik MRT.
Mereka naik MRT dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Senayan. Dari situ, keduanya berjalan ke FX Sudirman menuju salah satu restoran untuk bersantap siang bersama. Seusai santap siang, Prabowo dan Jokowi berpisah.
Pertemuan dua petarung dalam Pemilu Presiden 2014 dan 2019 itu tentu bukan kebetulan belaka. Ada orang yang merancang pertemuan kedua tokoh tersebut dan meredakan situasi yang sempat memanas paska-pilpres kala itu.
Dalam Shut The Door Podcast Deddy Corbuzier berjudul “Ini Dia Sosok yang Menempelkan Prabowo-Jokowi, Pak Dasco Blak-blakan” yang tayang pada 22 Mei 2024, terungkap siapa orang yang mengatur sehingga pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi terwujud. “Pertemuan Pak Prabowo dan Pak Jokowi di MRT, itu Anda yang mengatur? Mengakulah?” kata Deddy kepada Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra.
Dasco kemudian menjawab, “waktu itu saya ditugaskan oleh Pak Prabowo untuk menjalin komunikasi dengan pihak Pak Jokowi. Namanya juga mendapat perintah, ya jalan.” Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) itu menjelaskan, pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi kala itu demi kebaikan bangsa dan negara.
Untuk diketahui, pertemuan Prabowo Subianto dengan Joko Widodo terjadi dua bulan setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan peraih suara terbanyak dalam Pemilu Presiden, yakni pada 21 Mei 2019. Menurut KPU, pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin memperoleh 85.607.362 suara atau 55,50 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memmperoleh 68.650.239 suara atau 44,50 persen.
Apakah sulit mempertemukan Jokowi dengan Prabowo kala itu? “Kita bicara (dalam konteks) 2019. Waktu itu memang susah-susah gampang,” kata Dasco. Musababnya, dia harus meyakinkan pihak Jokowi bahwa pihak Prabowo sungguh-sungguh ingin melakukan rekonsiliasi. “Sebab di sekitar Pak Jokowi tentu ada banyak masukan. Apakah ini benar-benar? Apakah ini bersiasat? dan sebagainya.”
Pada kesempatan itu, Dasco meyakinkan kalua Prabowo Subianto tidak akan maju dalam Pemilu Presiden 2024 apabila tidak didukung oleh Jokowi. “Karena tingkat kepercayaan public terhadap Pak Jokowi tinggi sekali. Pemilih Pak Prabowo juga banyak. Kalau ini dikolaborasi, jadinya seperti ini,” ucap Dasco seraya menyatakan semuanya sudah diperhitungkan dengan matang.
Dalam kalkulasi politiknya, apabila Prabowo dengan Jokowi berjalan sendiri-sendiri dalam Pemilu Presiden 2024, maka kondisi di masyarakat berpotensi pecah. “Pertempurannya bisa seperti 2019. Bisa sengit dan itu sembuhnya lama,” ucapnya.
Lagipula, menurut Dasco, jika pada Pemilu Presiden 2024 pihak Prabowo dan Jokowi berpisah, maka tidak ada artinya rekonsiliasi yang terjadi. “Sampai Pak Prabowo rela kalau tidak ada sinyal dukungan (dari Jokowi) dia tidak akan maju,” kata Dasco.
Sufmi Dasco menambahkan, Prabowo Subianto adalah sosok tantara yang dependable kepada pimpinan. “Dia akan patuh kepada pimpinan tertinggi, yakni presiden. Tidak mungkin dia geser kanan geser kri. Itu saya jamin,” katanya. “Itu salah satu modal meyakinkan Pak Jokowi.”