Logo

Gaya Kepemimpinan 4 Presiden RI Kelahiran Juni: Sukarno, Soeharto, Habibie, dan Jokowi


TEMPO.CO, Jakarta – Bulan Juni memiliki arti khusus dalam sejarah politik Indonesia. Selain menjadi bulan kelahiran Joko Widodo, Juni juga menjadi saksi kelahiran tiga Presiden RI yang menjadi dasar bagi tiga fase berbeda dalam sejarah negara: Sukarno (6 Juni 1901), Soeharto (8 Juni 1921), dan B. J. Habibie (25 Juni 1936). 

Logo

Meskipun mereka lahir di bulan yang sama, hal ini justru memberikan kesempatan untuk melihat perbedaan yang paling mendasar di antara mereka: gaya kepemimpinan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut adalah penjelasan perbedaan gaya kepemimpinan keempat mantan presiden Republik Indonesia yang lahir di bulan Juni ini.

Presiden Sukarno dan Soeharto

Sukarno 

Berdasarkan artikel jurnal berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan Soekarno sebagai Presiden Indonesia Menggunakan Pendekatan The Great-Man Theory” (2024), dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Sukarno sangat kharismatik. 

Ia dikenal sebagai “singa podium” yang memiliki kemampuan untuk menarik perhatian dan menyatukan bangsa melalui pidato yang penuh semangat, terutama di awal periode kemerdekaan Indonesia. 

Gaya kepemimpinannya bersifat sangat populis, memiliki temperamen yang meledak-ledak namun terkadang lembut, serta menyukai keindahan. Soekarno mengarahkan kepemimpinannya berdasarkan prinsip moral dan etika yang membuatnya konsisten dan bersemangat, sehingga menjadi panutan bagi gerakan kemerdekaan di kawasan Asia dan Afrika. 

Namun, artikel ini juga mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, termasuk kecenderungan untuk bersifat sedikit sombong, pengambilan keputusan yang berisiko tinggi, dan ketidak sabaran dalam bernegosiasi. 

Menjelang akhir masa jabatannya, kepemimpinannya dianggap sebagai otoriter, ditandai dengan penghentian demokrasi parlementer dan pendirian “Demokrasi Terpimpin”, serta pengimplementasian kebijakan kontroversial seperti konsep NASAKOM dan penetapan dirinya sebagai presiden seumur hidup.

Soeharto

Dilansir dari jurnal “Gaya Kepemimpinan Presiden Indonesia” , kepemimpinan Presiden Soeharto dikenali sebagai Teori Jalur-Tujuan. Pendekatan ini menekankan pentingnya kemampuan seorang pemimpin dalam memengaruhi cara pandang bawahannya terhadap tujuan pekerjaan, perbaikan diri, serta metode untuk mencapainya. 

Soeharto menerapkan prinsip ini dengan menjaga stabilitas keamanan negara, sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Pembangunan Nasional. ” 

Selain itu, gaya kepemimpinannya merupakan kombinasi dari Proaktif-Ekstraktif, Adaptif-Antisipatif, Otoriter, dan ber-intrik. Tipe kepemimpinan yang memiliki nuansa militer terlihat nyata, terutama dari ketegasannya dalam menangani demonstrasi dan aksi protes, seperti yang terjadi pada tahun 1998 yang mengakibatkan tewasnya sejumlah mahasiswa.

Pada dunia politik, Soeharto berperan dalam Serangan Umum 1 Maret ketika merebut Yogyakarta sebagai Ibukota Indonesia. Lalu, ia menjabat sebagai Presiden kedua Indonesia menggantikan Soekarno pada 1967 (Orde Baru). Selama kepemimpinannya, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan signifikan selama 32 tahun. Akibatnya, pada  21 Mei 1998, Soeharto resmi mundur dari jabatannya sebagai presiden, yang sebelumnya didahului dengan kerusuhan Mei 1998. Lalu, pada 27 Januari 2008, Soeharto meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta. 

Presiden BJ Habibie saat sidang umum Tahun 1999 di Gedng MPR/DPR. BJ Habibie menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998. Dok.TEMPO/ROBIN ONG

BJ Habibie

Dikutip dari artikel “Analisis Gaya Kepemimpinan B. J. Habibie Sebagai Presiden Pada Masa Transisi Demokrasi” (2024), kepemimpinan B. J. Habibie selama menjabat sebagai presiden tergolong transformatif serta memiliki sifat moralis dan humanis. 

Gaya transformatif ini dianggap sangat cocok dan sejalan dengan tujuan reformasi yang dituntut di tengah situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil. Sebagai teknokrat, kepemimpinannya didasarkan pada rasionalitas, inovasi, dan kerja sama, dengan menekankan pendekatan ilmiah dalam proses pengambilan keputusan, berbeda dengan presiden sebelumnya yang lebih berorientasi pada politik. 

Sifat moralis dan humanis Habibie tampak dari kemampuannya untuk bersikap sabar dan terbuka terhadap kritik serta serangan, terutama terkait dengan kebijakan kontroversial mengenai lepasnya Timor-Timur. 

Gaya kepemimpinan yang transformatif tersebut terbukti berhasil dan sudah diterapkan melalui berbagai kebijakan, seperti memberikan kebebasan pers, melaksanakan pemilu yang demokratis, melaksanakan desentralisasi, serta memisahkan TNI dan Polri.

Habibie juga dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia. Ia mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada 1976 dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara. Kemudian, perusahaan ini berubah nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara pada 1985, sebelum direstrukturisasi menjadi PT Dirgantara Indonesia pada 2000. Tak hanya itu, atas prakarsa Habibie, dibentuk PT Industri Strategis yang menjadi induk beberapa persero, seperti PT PAL, dan PT PINDAD. Lalu, pada 1 September 2019, ia meninggal dunia usai menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto.

Jokowi

Dilansir dari artikel yang sama yakni “Gaya Kepemimpinan Presiden Indonesia”, mantan presiden yang lahir 21 Juni 1961 ini memiliki gaya kepemimpinan Servant Leadership atau Kepemimpinan yang Melayani. 

Karakteristik ini sangat kuat pada dirinya, terlihat dari fokusnya yang lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan, serta harapan masyarakat yang dipimpinnya daripada kepentingan pribadi. 

Pendekatan kepemimpinannya berorientasi pada pelayanan, dengan pandangan yang menyeluruh dan bertindak sesuai dengan standar moral dan spritual. Gaya ini juga digambarkan sebagai terlibat langsung dengan masyarakat atau dikenal dengan istilah “blusukan”, bersikap sederhana, mampu memberikan solusi, menekankan inovasi, dan berkomunikasi dengan baik. 

Selama masa jabatannya pertamanya, Jokowi menjadikan Pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial sebagai program prioritas. Selain itu, ia juga mengupayakan reforma agraria dengan melakukan percepatan penerbitan sertifikat hak atas tanah untuk mengurangi terjadinya sengketa lahan.

Sedangkan di masa jabatannya yang kedua, Jokowi mengalihkan fokus pemerintahan pada pembangunan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.

Pada 2005, Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Solo dari PDIP. Ia memimpin selama dua periode sampai 2010. Setelah itu, ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta diusung dari PDIP. Lalu, meskipun masa jabatannya belum habis, Megawati memberikan mandat kepada Jokowi untuk maju sebagai Calon Presiden Indonesia 2014. Jokowi pun berhasil memenangkan Pemilu 2014. Bahkan, ia menjadi Presiden selama dua periode sampai 2024. 

Pada akhir masa berkuasa 10 tahun, Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) mengumumkan  Jokowi masuk ke dalam nominasi finalis tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024. Jokowi menjadi salah satu dari lima finalis lain yang paling banyak dipilih tahun ini. Keempat tokoh lain yang masuk ke dalam kategori itu ialah Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Hasina, dan Pengusaha dari India Gautam Adani. 

Kekecewaan terhadap masa kepemimpinan Jokowi tidak dapat dihindari. Hal ini dirasakan sejumlah pihak. Pada 25 Juni 2024, Mahkamah Rakyat Luar Biasa pun menggelar People’s Tribunal atau Pengadilan Rakyat yang menggugat pemerintahan Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo, terhadap sembilan dosa yang disebut sebagai ‘Nawadosa’ Jokowi.

Putusan sidang dibacakan hari itu juga oleh Hakim Ketua Asfinawati.  “Tergugat gagal memenuhi sumpah dan kewajiban Presiden Republik Indonesia,” kata Asfinawati.

Belakangan, persoalan ijazah Jokowi pun mengemuka karena dipertanyakan beberapa pihak.

Khumar Mahendra dan Rachel Farahdiba Regar berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *