Logo

Kisah Fransiska, Bocah Korban Pemerkosaan Massal 1998


TEMPO.CO, Jakarta –  Pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahwa pemerkosaan massal pada kerusuhan Mei 1998 menuai kritik dari berbagai kalangan. Pernyataan Fadli bertentangan dengan hasil penelusuran Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.

Mantan anggota TGPF Ita Fatia Nadia turut mendampingi belasan korban pemerkosaan massal. Salah satunya Fransiska, yang masih berusia 11 tahun. Menurut Ita, ibu dan kakak Fransiska diperkosa dan dibunuh oleh gerombolan pemuda pada 14 Mei 1998. Kelompok lain juga mendatangi rumah Fransiska di rumahnya di Tangerang, Banten, dan merudakpaksanya.

Menurut Ita, Fransiska mengalami penganiayaan berat. Ketika ditemukan tetangganya, tubuh Fransiska terlihat membiru dan terbalut baju yang sudah tercabik-cabik. “Ada pecahan beling di sekitar vulvanya,” kata Ita menceritakan kembali keadaan Fransiska kepada Pace pada Kamis, 19 Juni 2025.

Dokter di sebuah klinik di daerah Pasar Lama Tangerang menyatakan Fransiska tak bisa ditolong lagi. Perempuan beretnis Tionghoa itu mengembuskan napas terakhir pada 15 Mei 1998. Ita dan rekannya lantas membawa Fransiska ke krematorium di Cilincing, Jakarta Utara, untuk dikremasi.

Sebelum Fransiska dikremasi, Ita mengganti pakaiannya dengan gaun putih yang dibeli di Pasar Lama. Cerita korban pemerkosaan massal dan kesaksian para pendamping korban bisa dibaca lebih lengkap di Majalah Pace pekan ini di sini.

Francisca Christy Rosana berkontribusi dalam artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *