Logo

Lima Dekade PSM, Wamensos: Pilar Kebangkitan Bangsa


INFO NASIONAL – Suasana penuh semangat kebersamaan membanjiri Kelurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Senin, 30 Juni 2025.

Logo

Ribuan pekerja sosial dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul untuk memperingati 50 tahun lahirnya Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), menandai setengah abad pengabdian tanpa pamrih mereka kepada bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih dari 1.100 PSM dari seluruh Indonesia, bersama 78 Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dari DIY dan 38 TKSK dari Jawa Tengah, hadir memeriahkan acara ini.

Peringatan emas ini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum refleksi dan afirmasi atas peran penting PSM dalam membangkitkan kemandirian masyarakat.

Dalam sambutannya, Wakil Menteri Sosial RI Agus Jabo Priyono yang hadir bersama Bupati Kulon Progo Agung Setyawan, menegaskan bahwa PSM adalah garda terdepan kebangkitan masyarakat.

“PSM ini luar biasa, tidak digaji tapi semangatnya luar biasa. Mereka bukan sekadar relawan, mereka pelopor kebangkitan masyarakat. Kita butuh masyarakat yang tersenyum, dan itu dimulai dari PSM yang juga harus tersenyum,” kata Agus Jabo.

Ia juga mengutip pesan Presiden RI Prabowo Subianto tentang cita-cita besar bangsa Indonesia untuk menjadi “gemah ripah loh jinawi”, hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan. Menurutnya, PSM harus terus bergerak menjadi motor perubahan, menjadikan masyarakat bukan sebagai objek bantuan semata, tetapi subyek aktif pembangunan.

Memeriahkan peringatan ini, berbagai kegiatan langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah kerja bakti massal membersihkan saluran irigasi sepanjang 850 meter dari Kali Bawang ke Kali Songgo.

Kerja bakti ini melibatkan lebih dari 500 orang dari unsur PSM, TKSK, SDM PKH, pendamping rehabilitasi sosial, perangkat daerah, hingga warga setempat.

Kawasan irigasi yang menjadi lokasi kerja bakti ini dipilih karena mengalami sedimentasi berat dan penumpukan sampah, yang selama ini mengganggu kualitas air untuk pertanian dan perikanan.

“Dengan kerja bakti ini, kualitas air di Kalurahan Kembang akan meningkat, hasil pertanian dan perikanan terdukung, dan kohesi sosial warga pun makin kuat,” ujar salah satu koordinator kegiatan.

Tak hanya itu, semangat pemberdayaan ekonomi juga digaungkan melalui pelatihan produktif yang dilaksanakan sejak 28 Juni 2025.

Bekerja sama dengan Yayasan Kumala dan Pargono Murakabi, Kemensos memberikan pelatihan kepada 100 warga tentang pengolahan pelepah pisang menjadi kertas dan kerajinan tangan, budidaya keramba ikan, tanaman bunga matahari, penguatan kelompok pengolah hasil perikanan (POKLATSAR), serta pengembangan kelompok wanita tani tanaman hias. Langkah ini diharapkan memperkuat jejaring ekonomi lokal dan menumbuhkan wirausaha berbasis komunitas.

Sebagai bentuk kepedulian pada kelompok rentan, peringatan ini juga menghadirkan berbagai layanan sosial. Mulai dari donor darah bersama PMI Kulon Progo dengan target 100 kantong, sunatan massal bagi 50 anak yang difasilitasi Baznas dan RS PKU Muhammadiyah, pemeriksaan kesehatan ibu-anak untuk pencegahan stunting, hingga pemberian kacamata gratis untuk lansia.

Tak ketinggalan, ada bantuan kaki palsu bagi penyandang disabilitas, penyaluran bibit anggur dari Dinas Pertanian DIY, serta pembagian bibit buah dari Kalbe Farma.

Semua kegiatan ini menjadi bukti nyata kiprah PSM yang tidak hanya mendampingi masyarakat secara administratif, tetapi juga hadir langsung membawa solusi konkret.

Usai mengikuti gotong royong, Wamensos Agus Jabo menyempatkan diri mengunjungi Kelompok Disabilitas Kelurahan (KDK) binaan Dinas Sosial DIY dengan pendampingan intensif PSM.

KDK ini beranggotakan penyandang disabilitas yang sebagian besar merupakan penerima PKH, yang kini siap “graduasi” berkat pelatihan keterampilan dan usaha produktif.

Yusniani, anggota KDK, mengungkapkan rasa syukurnya. “Kami sangat bersyukur karena Kemensos memberi perhatian penuh, tidak hanya dalam bentuk bantuan tapi juga kesempatan untuk kami berkembang,” kata dia.

Sementara itu, Tustiyanti, seorang PSM senior yang telah mengabdi sejak 1991, menuturkan bagaimana mereka terus berkoordinasi dengan kelurahan agar kelompok rentan mendapat akses ke program-program yang sesuai. 

“Alhamdulillah pemerintah daerah juga peduli. Kami ini hanya menjembatani dan mendorong mereka agar bisa maju. Semua demi keberdayaan mereka,” ujarnya.

PSM pertama kali lahir pada 1975 sebagai gerakan partisipasi sosial murni masyarakat, hadir secara sukarela tanpa bayaran.

Setelah 50 tahun mengabdi, PSM terbukti menjadi pilar penting sistem kesejahteraan sosial nasional, menjangkau desa dan kelurahan, terutama dalam pendampingan keluarga miskin, disabilitas, lansia, hingga anak.

Rangkaian peringatan ini juga menjadi ajang Silaturahmi Nasional PSM se-Indonesia, memperkuat jejaring dan kolaborasi lintas daerah.

Dalam arahannya, Wamensos Agus Jabo menegaskan, “PSM adalah pilar utama kebangkitan masyarakat. Tiada hari tanpa pengabdian. Tiada waktu tanpa pelayanan. Mari kita terus bergerak agar masyarakat menjadi berdaya dan mandiri. Di situlah kekuatan negara ini akan lahir.”

Dengan semangat ulang tahun emas ini, PSM diharapkan terus menjadi garda depan dalam membangun masyarakat yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan, demi terwujudnya Indonesia yang benar-benar “gemah ripah loh jinawi”. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *