Logo

Pertimbangan PSI Menggunakan E-voting dalam Pemilihan Raya


TEMPO.CO, Jakarta – Partai Solidaritas Indonesia atau PSI memulai langkah baru dalam dunia perpolitikan Indonesia dengan menerapkan sistem e-voting dalam pemilihan raya inside mereka. Ketua Steerage Committee Kongres PSI Andy Budiman mengatakan langkah untuk menerapkan penggunaan e-voting guna menekan penggunaan anggaran.

“Type pemilihan konvensional memakan banyak anggaran yang justru akan membebani keuangan partai,” kata Andy di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PSI, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Juli 2025.  

Ia juga mengungkapkan hal ini bertujuan meningkatkan partisipasi anak muda. Andy mengatakan, kedepan suara anak muda akan mendominasi dalam pemilihan. Sehingga, kata dia, bonus demografi dengan menyasar pemilih anak muda yang mencapai 60-70 persen adalah  sebuah langkah yang tepat. “Dan aspirasi yang kami tangkap, anak muda ingin sesuatu yang konkret, actual, yaitu punya ruang partisipasi. Dan inilah yang kami sediakan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum DPP PSI ini menyebut, ide awal dari penerapan e-voting diinisiasi olehKetua Umum PSI Kaesang Pangarep sebelum menanggalkan jabatannya. Adapun putra Joko Widodo itu kembali mencalonkan diri menjadi ketua umum PSI di pemilihan raya kali ini.

“Mas Kaesang sampaikan, dia ingin meninggalkan sesuatu yang baik, ingin ketua umum dipilih secara langsung,” ucap Andy.

Andy mengatakan pengurus PSI sempat tercengang atas usulan e-voting tersebut. Namun, dia melanjutkan, setelah pengurus PSI melakukan kajian, ternyata hal ini pernah dilakukan oleh partai politik muda lainnya di luar negeri. Partai politik yang dimaksud seperti Partai Pedemos di Spanyol, Partai Movimento 5 Stelle di Italia, dan Partai Piraten di Jerman. “Platform yang digunakan, yaitu e-voting,” papar Andy. 

Dihubungi terpisah, Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan, upaya PSI membuat posisi partai relevan dengan perkembangan zaman telah tepat dengan dihelatnya pemilihan raya PSI.

Namun, kata dia, ketergantungan dan keberadaan PSI terhadap mantan Presiden Joko Widodo di Kongres mendatang menjadikan citra PSI tak berubah di benak publik, yaitu sebagai Partai Jokowi.”Apakah pemilihan ini masih konsisten dengan niat dan esensi PSI? Cukup sulit untuk menyimpulkannya,” kata Wasis.

Peneliti politik dari Populi Middle Usep Saepul Ahyar berpendapat, inisiasi pemilihan raya oleh Kaesang menjadi suatu hal yang tak mengejutkan. Alasannya, Jokowi, ayah Kaesang sempat mengutarakan konsep seperti ini saat berencana menggagas partai tremendous terbuka.

“Pemilihan raya memang progresif, tapi dalam konteks PSI, nuansa Jokowi masih sulit dihilangkan,” kata Usep. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *