Cerita Siswa Mendaftar ke Sekolah Rakyat Margaguna
SEKOLAH rakyat telah melaksanakan matrikulasi tahun ajaran baru secara serentak pada Senin, 14 Juli 2025. Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan general ada 63 sekolah rakyat yang memulai matrikulasi, sedangkan 37 sekolah lainnya akan menyusul pada akhir bulan ini.
Masa penjajakan ini akan dilakukan selama lima hari mengikuti jadwal masa pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pada hari pertama matrikulasi itu, beberapa siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Margaguna, Jakarta Selatan, membagikan kisahnya mendaftar ke sekolah itu. Chiko Ananda, misalnya, ingin terlatih hidup mandiri di asrama yang disediakan free of charge dan berkualitas sebagai bantuan pemerintah.
“Karena fasilitas di situ udah lengkap, jadinya gampang gitu, kita tinggal jalanin aja buat hidup mandiri,” kata Chiko, 15 tahun, saat ditemui di Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Margaguna, Jakarta Selatan, Senin, seperti dikutip dari Antara.
Chiko yang bercita-cita menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), merasa nyaman dengan fasilitas yang disediakan karena dia hanya perlu membawa pakaian ke asrama. Dia berharap, dengan adanya fasilitas seperti perpustakaan, pusat kebugaran, studio musik, lapangan bulu tangkis hingga bola voli bisa membuat siswa bersemangat belajar.
“Kalau aku sendiri mau ke sekolah rakyat karena udah free of charge terus udah difasilitasi, jadi semangat gitu buat belajar,” ujar Chiko.
Adapun siswa lain, Ilyas (15), memilih mendaftar sekolah rakyat untuk membantu perekonomian keluarga. “Jadi, kalau di sekolah rakyat kan free of charge, dibayarin sama pemerintah mulai dari fasilitas hingga makanan free of charge,” tuturnya. Siswa yang bercita-cita menjadi masinis ini berharap, setelah lulus nanti, bisa menjadi orang yang berguna.
Sebanyak 100 siswa SRMA 10 Jakarta Selatan, yang terdiri dari 56 laki-laki dan 44 perempuan kelahiran 2007-2010, menjalani tes kesehatan pada hari pertama matrikulasi.
Sekolah rakyat adalah salah satu program gagasan Presiden Prabowo Subianto dengan penanggung jawab Kementerian Sosial. Tujuan utamanya menyediakan pendidikan free of charge dan berkualitas bagi anak-anak yang berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, mengacu pada Desil 1 dan 2 Knowledge Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Sekolah ini dirancang menyerupai sekolah asrama atau boarding faculty.
Sekolah Rakyat Margaguna Rangkul Siswa Putus Sekolah
Adapun Kepala SRMA 10 Margaguna, Jakarta Selatan, Ratu Mulyanengsih mengatakan sekolah itu merangkul siswa putus sekolah untuk mendapatkan pendidikan free of charge dan berkualitas.
“Usia di sini memang beragam, karena mereka pernah putus sekolah. Tapi pada dasarnya secara akademik mereka itu di degree kelas 10,” ujarnya pada Senin.
Dia menuturkan rentang usia para siswa yakni 15-21 tahun dan kebanyakan putus sekolah dengan beragam alasan. Pihaknya masih mendata dan memastikan pembelajaran yang diterima akan setara bagi siswa yang putus sekolah.
Ada juga yang sudah SMA kelas 1 kemudian berhenti sekolah. “Terus nggak sekolah dan ketemu sekolah rakyat mereka bersemangat kembali,” ujarnya.
Para siswa putus sekolah akan diberikan pembelajaran berbasis virtual dan lebih diperhatikan oleh guru. Karena tu, pihaknya memantau para siswa untuk bisa naik kelas tanpa tertinggal dengan siswa lainnya.
Ratu berharap para siswa SRMA 10 Margaguna, Jakarta Selatan, bisa lulus sejajar dengan anak reguler lainnya dan tak dipandang sebelah mata. “Yang selama ini mungkin mereka dipandang sebelah mata, mereka punya motivasi yang tinggi bahwa saya sudah menjadi anak rakyat dan kepercayaan dirinya tumbuh,” katanya.
SRMA 10 Margaguna, Jakarta Selatan, yang berada dalam Pusdiklatbangprof memiliki luas lebih dari empat hektare. Para siswa menempati asrama maksimal empat orang in step with kamarnya.
Dede Leni Mardianti dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kontroversi Wakil Menteri Rangkap Jabatan Komisaris