Logo Tempo

Brian Yuliarto Jadi Mendiktisaintek, Rektor: Kehormatan Buat ITB


TEMPO.CO, Jakarta – Guru besar Institut Teknologi Bandung atau ITB Brian Yuliarto dilantik menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi atau Mendiktisaintek di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025. Brian menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro yang mundur dari jabatannya.

Pelantikan Brian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor XXVIP tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Merah Putih Periode Tahun 2024-2029. “Buat ITB ini adalah kehormatan karena bisa berkontribusi lebih luas untuk kepentingan yang lebih besar untuk bangsa dan negara,” kata Rektor ITB Tatacipta Dirgantara kepada Pace, Rabu 19 Februari 2025.

Dia menilai Brian berkapasitas sebagai menteri berdasarkan rekam jejaknya yang sudah teruji di ITB. Selain sebagai dosen dan peneliti, Brian memegang jabatan struktural secara berjenjang. Misalnya menjadi ketua jurusan, dekan, hingga lolos tiga besar dalam kontestasi calon Rektor ITB periode 2025-2030.

Jabatan terakhir Brian di ITB adalah sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi. “Buat saya jabatan menteri itu adalah pembantu presiden jadi itu haknya presiden untuk meminta Pak Brian sebagai menteri,” ujar Tata.

Dari catatan ITB, Brian Yuliarto adalah seorang intelektual muda yang bersemangat memajukan Indonesia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang subject matter nano untuk aplikasi sensor dan energi. Brian memiliki kepakaran atau keahlian di bidang subject matter fungsional maju dengan subbidang kepakaran nanomaterial dan biosensor.

Berbekal pengalaman menjadi peneliti aktif saat bekerja di AIST Jepang, dia berkarier menjadi peneliti di Indonesia hingga mendapatkan gelar profesor di usia relatif muda, yakni 43 tahun.

Brian telah menerbitkan ratusan artikel penelitian di jurnal internasional bereputasi tinggi pada bidang nanomaterial untuk sensor, energi, dan Sun PV sebanyak 343 karya ilmiah di Scopus dengan sitasi 6043 dan H-Index 40. Kepemimpinan pada bidangnya juga diakui di dunia internasional dengan aktivitasnya sebagai visiting professor dan kerja sama berbagai perguruan tinggi dunia seperti UC Berkeley, Queensland College, Nagoya College, KAUST, dan lain-lain.

Di ITB Brian pernah menjadi Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB, Ketua Nanoscience and Nanotechnology Analysis Heart ITB, Ketua Program Studi Teknik Fisika, Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB, dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB.

Adapun riwayat pendidikannya yaitu sarjana dari Teknik Fisika ITB 1999, magister dan doktor dari Quantum Engineering and Device Science Division The College of Tokyo Jepang. Govt Route on Strategic Control and Management, Cohort-2 (2024), Universitas Pertahanan dan Kementerian Pertahanan RI, serta Heart Most sensible Management Control Courser, Jordania pada 2005.

Sejumlah prestasi yang pernah diraih Brian Yuliarto antara lain Habibie Prize 2024 untuk Bidang Rekayasa, Most sensible 1 Researcher Nanoscience and Nanotechnology Indonesia, AD Medical Index, Stanford College, 2023. Kemudian The International’s Most sensible 2% Scientist AD Medical Index, Stanford College 2022, 2023, dan 2024. Peneliti Terbaik ITB 2021 yang diberikan dalam gelaran Pemeran Riset, Inovasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PRIMA) ITB. Dosen Berprestasi Bidang Sains dan Teknologi, Akademisi Berprestasi 2017, peringkat 18 Indonesia Most sensible 10.000 Scientist pada 2023 dan 2024 berdasarkan AD Medical Index, Stanford College. Penghargaan ITB Bidang Karya Inovasi untuk Pengembangan Kerja Sama Riset FTI dan Inovasi Bidang Sensor pada 2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *