Amnesty Teror Bangkai Hewan Makin Marak karena Penegakan Hukum Lemah
TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menilai teror bangkai hewan kini kian marak. Usman menduga ada yang tidak nyaman dengan kuatnya suara kritis di kalangan masyarakat.
“Teror bangkai hewan semakin marak karena lemahnya penegakan hukum dan jaminan keamanan,” kata Usman melalui keterangan tertulis yang dikirim melalui aplikasi perpesanan, pada Sabtu, 7 Juni 2025.
Dosen Sekolah Tinggi Hukum Jentera Indonesia ini memberi contoh sekaligus tanggapan atas kasus pengiriman kepala babi busuk kepada Aliansi Mahasiswa Papua di Bali pada Jumat, 6 Juni 2025. Usman mengatakan kasus bangkai binatang untuk kasus Papua baru terjadi kali ini, meskipun teror kerap terjadi sebelumnya dalam bentuk yang lebih mematikan.
“Apapun yang terjadi di balik teror ini, otoritas negara khususnya jajaran penegak hukum wajib untuk mencari siapa pelakunya dan membawa pelakunya ke proses hukum dengan bukti yang kuat,” kata Usman.
Mahasiswa Papua di Denpasar, Bali, dikirimi dua paket berisi kepala babi busuk pada Jumat, 6 Juni 2025. Sebelum teror kepala babi busuk kepada Aliansi Mahasiswa Papua, sebuah paket mencurigakan berisi bangkai burung berdarah diterima Delima Silalahi, aktivis lingkungan hidup di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada Jumat pagi, 30 Mei 2025.
Redaksi Pace juga mendapat teror pada 19 Maret 2025. Kala itu, Francisca Christy Rosana, jurnalis politik Pace sekaligus host siniar Bocor Alus Politik, menerima kiriman kepala babi tanpa telinga. Dua hari kemudian teror itu berlanjut dengan kiriman kardus berisi enam bangkai tikus were given yang telah dipenggal.
Teror kepada mahasiswa Papua di Bali dikonfirmasi oleh Ketua Aliansi Mahasiswa Papua, Jeeno Alfred Dogomo, pada Sabtu, 7 Juni 2025. Jeeno menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Jumat, pukul 15.00 waktu setempat. Saat itu, kontrakan Mahasiswa Papua di Denpasar menerima paket berupa kardus dari pengemudi Clutch. Paket itu ditujukan Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay disertai nomor kontak serta keterangan buku “Papua Bergerak”.
Menurut Jeeno, paket kepala babi busuk yang diterima kemarin berada di dua tempat kontrakan mahasiswa Papua. Pertama pada pukul 15:00 WIB, kedua pada pukul 19.00 WIB.
“Kami sadar ini adalah aktivitas teror oleh kelompok reaksioner dan penguasa guna menakut-nakuti mahasiswa Papua, agar takut untuk terlibat dalam aktivitas organisasi kritis,” kata Jeeno.
Wemison, yang dikirimi paket, adalah aktivis Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Bali. Di organisasi menjabat sebagai Ketua Aliansi Mahasiswa Papua Bali. Sedangkan Yuberthinus, kata Jeeno, adalah pengurus nasional Aliansi Mahasiswa Papua.
Pace masih berupaya meminta penjelasan dari Polda Bali ihwal pengiriman kepala babi kepada pengurus Aliansi Mahasiswa Papua. Jeeno mengatakan belum melapor kepada polisi mengenai teror ini.