Logo

Pemerintah Bangun Sekolah Garuda Baru dan Garuda Transformasi. Apa Bedanya?


TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) akan membangun sekolah jenjang menengah atas (SMA) unggulan khusus untuk siswa yang memiliki prestasi di atas rata-rata berdasarkan penilaian tertentu. Program pendidikan yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto itu diberi nama Sekolah Unggulan Garuda.

Saat berdiskusi dengan awak media di kantornya, Jakarta, pada Sabtu, 17 Mei 2025, Wakil Menteri Kemendiktisaintek Stella Crishtie mengatakan terdapat dua macam sekolah yang akan dibangun, yakni Sekolah Garuda baru dan Sekolah Garuda Tranformasi

Sekolah Garuda Transformasi merupakan pemberdayaan dari sekolah berkualitas yang sudah ada. Sebanyak 12 sekolah terkemuka dari 11 provinsi sudah dipilih dan akan resmi berjalan mulai tahun ini. Sementara sekolah unggulan baru, Stella menuturkan merupakan sekolah yang akan dibangun dari nol dan ditargetkan mulai menerima peserta didik pada tahun ajaran 2026/2027. 

Dia menjelaskan sekolah ini bertujuan untuk mempercepat peningkatan pendidikan berbasis sains dan teknologi di Indonesia. Nantinya, pemerintah akan membiayai sebanyak 80 persen dari general peserta didik yakni sebanyak 160 siswa in line with angkatan. Sementara 20 persen pelajar lainnya akan dikenakan biaya. 

Stella belum mengungkap nominal biaya yang akan dikenakan pada siswa dengan biaya mandiri. Namun, menurut dia, dapat dipastikan skema ini dipilih berdasarkan mempertimbangkan aspek keadilan dan efisiensi. “Jadi diharapkan semua bisa hidup berdampingan antara siswa dari ekonomi bawah dan ekonomi atas,” tutur Stella. “Karena akan tidak efektif siswa dengan ekonomi atas ditanggung oleh negara,” katanya. 

Selain soal prasarana, akan ada beberapa perbedaan dalam pelaksanaan Sekolah Garuda Baru dan Sekolah Garuda. Berikut poin-poin perbedaan antara keduanya:

Kurikulum Pendidikan

Meski sama-sama dibentuk untuk mempersiapkan siswa agar bisa bersaing di luar negeri, terdapat perbedaan dalam kurikulum kedua sekolah. Stella menjelaskan Sekolah Garuda Transformasi akan tetap menggunakan sistem pembelajaran yang selama ini mereka gunakan. 

Sekolah yang dipilih adalah sekolah best yang sudah memiliki reputasi di kancah nasional maupun internasional, seperti SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh, SMA Unggul Del Sumatera Utara dan lain sebagainya “Jadi kita tidak akan mengatur kurikulum di SMA-SMA yang sudah ada. Mereka sudah terbukti kok mampu,” ujar Stella. 

Adapun di Sekolah Garuda Baru, Kementerian akan menerapkan kurikulum World Baccalaureate (IB) dan kurikulum nasional. Kurikulum IB akan difokuskan untuk pendidikan di kelas 11 dan 12 guna mempersiapkan siswa ke perguruan tinggi terbaik dunia. Sementara kurikulum nasional hanya akan diterapkan untuk kelas 10 saja. 

“Berdasarkan riset yang dilakukan, kurikulum ini  (IB) yang saat ini memiliki peluang paling besar pelajarnya diterima oleh universitas best dunia. Peluangnya 30 persen,” kata dia. Kendati begitu, Stella memastikan dalam kurikulum IB masih terdapat aspek task and repair sehingga siswa diwajibkan memiliki muatan lokal. 

Pengabdian Masyarakat

Stella menuturkan, siswa berprestasi yang masuk ke Sekolah Garuda baru wajib tinggal di asrama yang telah disiapkan selama menjalani pendidikan. Di sana, mereka wajib terlibat dalam kehidupan bermasyarakat seperti ikut mengembangkan potensi lokal. 

“Saya kasih contoh, misal potensi di Soe NTT itu ada banyak alpukat. Tapi bergelatakan di bawah saking banyaknya. Bagaimana mereka berinovasi, apakah dijual atau dikirim ke kota dan lain sebagainya,” kata Stella. “Saya yakin anak SMA mampu kok berfikir kreatif.”

Sistem Penerimaan Murid

Sebagaimana sistem pembelajaran, sistem penerimaaan peserta didik di Sekolah Garuda Transformasi pun akan kembali diserahkan kepada masing-masing sekolah. Sedangkan penerimaan murid di Sekolah Garuda Baru akan ditentukan oleh pemerintah pusat dengan mempertimbangkan aspek prestasi dan latar belakang ekonomi. 

Dengan standar prestasi yang sama, Stella berujar, murid yang memiliki latar belakang ekonomi lebih rendah akan memiliki peluang lebih tinggi untuk diterima dibanding siswa dengan ekonomi yang lebih mampu. “Sekali lagi program ini bertujuan untuk menciptakan peluang sebesar-besarnya agar masing-masing individu bisa mencapai potensi mereka dengan setinggi-tingginya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *